28 Des 2012

Tau kah kau mirahku


mungkin kau tak pernah tau
aku selalu memandangmu
mengikti setiap jejak ceritamu

mungkin  kau tak pernah tau
diam-diam aku kumpulkan senyumanmu
kujadikan hiasan terindah dalam hatiku

mungkin juga kau tak tau
aku diam-diam memendam cinta untukmu
namun aku terlalu malu untuk mengatakannya padamu

kau begitu indah
berbalut kesempurnaan dalam pandangan
menggetarkan setiap ujung hatiku
namun aku hanya diam, dan kemudian kembali diam
sembari terus memandangmu dari balik tirai waktu

temanku bilang aku harus menghadapimu
ungkapkan semua rasa dalam hati
agar engkau tau
dan aku tak tersiksa selalu

namun bagiku itu tak semudah berkata
aku terlanjur bergetar saat menatap matamu
sukmaku hiang saat kulihat senyumanmu
kau seperti candu bagiku
yang selalu membuatku mampu berimajinasi dalam bayangan cinta untukmu

tau kah kau hai mirahku
aku selalu bermain dengan senyumanmu
tergoda dalam manja kerlingan matamu
namun aku hanya sanggup memandangmu, tanpa sanggu berkata sesuatu

yah, mungkin kau tak tau semua itu
atau aku yang terlalu bodoh untuk tak berkata padamu
mungkin aku yang terlalu takut untuk kehilanganmu
namun aku tak sanggup lagi untuk menahan semua ini
senja ini kan kutemuidirimu
entah apa yang terjadi nanti
kan kukatana isi hati ini padamu
jadi, tunggulah aku senja nanti.

27 Des 2012

seminggu berlalu dalam bisu


seminggu berlalu kau masih diam membisu
kubiarakan sema itu berlalu
kuharap esok hari kau kan berkata suatu

akankah waktu yang berlalu ini berbuah sesuatu
atau hanya perbuatan yang usang dan tak berlaku

aku kembali menunggumu
namun kembali kau masih membisu
tidakkah kau merasa sesuatu dalam hatimu
ketika melihatku selalalu menunggumu

entah berapa purnama telah berlalu
kau masih berkutat dengan kebisuanmu
dan aku masih terdiam menunggu
entah sampek kapan aku kan menunggu
mungkin esok atau lusa terserah waktu dan hatiku

mungkin aku kan pergi
kutinggal kau sendiri
jika kau merasa sepi
datang dan peluklah diri ini
meski semua itu hanya mimpi
tiada mengapa bagiku
asal aku masih bisa tetap bersanding dengamu

26 Des 2012

hariku berlalu bersamamu

terjatuh berdebum menghantam bumi
hilang tenggelam bersama senja menguntit malam
lenyap perlahan tersapu hujan kemalaman

rintik hujan tiada lagi menyapa bumi
hilang ia tersapu angin, tersangkut dalam kisi-kisi cemara pagi

perlahan semilir angin memukul ranting-ranting cemara
terjatuh ia, namun kembali angin menyeretnya dalam senja yang perlahan kelam

deras hujan berlahan mengalir basahi jendela
namun ia tertahan pada raga terluka
terkapar meregang sukma
dan kemudian hilang entah kemana

kulihat dia tersenyum dari balik rembulan
melambai-lambai menggoda dari balik arak-arakan awan
tersenyum ia kemudian menghilang

malam tak lagi seperti malam
senja tiada lagi mengewalai malam
dan fajar tiada lagi pertanda akan datang pagi

rembulanku terukir dalam matamu
mentariku tenggelam dalam senyumanmu
suryaku bangkit dalam derai tawamu
kasih.

namun kau hanya sebatas impian
yang tersangkut dalam jaring-jaring malam
kemudian hilang ketika pagi tiba
dan tebarkan rindu saat senja menyapa

25 Des 2012

adakah Tuhan dalam perut kosong anak jalanan ?


malam terlalu lambat berlalu
mungkin karena rembulan yang sedang bercumbu
atau mentari yang sedang mengadu nafsu, dengan embun pagi buta
entahlah bagiku semuanya tiada beda
malam ku masih bersama  kepungan rokok di meja
diam-diam aku membayang,
jika tuhan hadir bersama diriku
nikmati malam sembari berbincang
kulihat dari  jendela yang berlubang
rembulan masih terpajang di langit malam
sembari tersipu di balik arak-arakan mega kelam
aku kembali terdiam
larut dalam setiap angan-angan
akan tuhan yang sering mereka tanyakan
tuhan, kau larang aku untuk menyimpan ragu
namun kau tinggalkan nafsu dalam hatiku
maka jangan tuntut aku jika perlahan aku meragu
tentang dimana dirimu berada,
selalu kupanjat doa, beriring malam dan bersanding siang
dalam desah nafas, dan degupan jantung
kutasbihkan namamu tanpa ragu
maka biarkan kini aku bertanya
"Tuhan, dimanakah dirimu berada ?"
meraka bilang kau di surga,
duduk dalam singgasana kesucian
namun, benarhkah itu tuhan ?
atau itu hanya sebah ilusi anak manusia
Tuhan !
aku bukan berkhianat padamu !
aku bukan membencimu !
aku hanya bertanya padamu !
dimana dirimu berada, tuhan ?!
Mereka bilanng kau terdiam dalam masjid, dan gereja
mereka berkata kau bersemayan dalam setiap pura, dan candi
menyusup dalam wangi dupa di klenteng dan kuil
dan kini aku bertanya tuhan ?!
benarkah semua itu ?!
Jika semua itu benar, tuhan !
akan aku kirim anak-anak di kolong jembatan untuk menemui
ku biarkan mereka menangis dan meminta padamu
ku suruh mereka mengais setiap kebahagian yang tercecer darimu
kuminta mereka untuk tetap tersenyum di depanmu,
meski gejolak perut menahan lapar semakin menjadi-jadi
Tuhan, apakah kau juga berada dalam hati anak-anak ini ?
apakah kau juga bersemayam dalam setiap senyuman dan tawa mereka, tuhan !
ataukah kau biarkan mereka terlindas lingkaran waktu.
ataukah kau tinggalkan mereka tuhan ?
Tuhan, rokok ku perlahan habis terkepung waktu
semua hilang berkebul menjadi asap, hilang tersapu angin
maka, lihatlah mereka tuhan.
tawa dan senyum perlahan menghilang.
terganti oleh tangis dan suara sumbang meminta,
"Tolong, kasihani kami, kami belum makan dari pagi"
sebelum rokok ku habis dalam hisapan,
sebelum malam terlanjura menjadi pagi
sebelum perut kosong anak-anak itu mengundang mati
maka aku bertanya unuk terakhir kali padamu
"Tuhan, dimanakah dirimu berada ?"

21 Des 2012

Ketika Agama memisahkan cinta

1.
sore itu kita duduk berdua
terdiam berbincang dalam temaram senja
berteman capuchino hangat buatan mbok ira
kita berdua tenggelam dalam derai tawa
tanpa ada rasa duka dalam dada

setahun berlalu sejak kita bersama
kutemui kau di gerbang universitas saat senja pula
kau terdiam menanti angkot yang tak kunjung tiba
kusapa kau kutawari boncengan dengan motor butut entah tahun berapa

dari situ kita mulai sering bersua
berbincang berdua dan tertawa bersama
dari situ kutau namamu Tara
kemudian aku teringat akan dewi anak bathara indra
kau memang cantik dan menggoda
dalam senyuman dan tutur kata
hingga aku perlahan merasakan cinta

Kuberanikan diri berbincang denganmu waktu itu
kupegang tanganmu dan kau hanya tersipu malu
kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta padamu
kembali kau tersipu, dan tersenyum malu
namun berlahan kau mengangguk pelan
bahwa kau menerima cintaku.

kita perlahan tersadar
bahwa waktu berjalan begitu lambat tenang
kala kita berjalan berdua
padahal semua itu tiada beda dengan hari biasa
mungkin kita berdua telah terjatuh dan terikat
tenggelam dalam binar-binar asmara

2.
5 februari 2011
senja itu aku perlahan mengetuk pintu rumahmu
telah kukata padamu waktu itu
bahwa sore ini aku datang untuk melamarmu
kulihat kedua orang tuamu telah duduk manis menunggu
entah kenapa kemudian bergetar rasa hatiku

perlahan kutata nafasku
dengan semangat yang tersiar dari matamu
kukatakan maksut hatiku
bahwa aku ingin meminangmu
kembali orang tua mu terdiam membisu
berjuta tanya menghujam dalam hatiku

kulihat sebersit senyuman terukir di wajah ibumu
samar namun pasti melegakan jiwaku
perlahan ayahmu bertanya padaku
"Apa agamamu nak ?"
laksana sejuta petir menyabar bersama
aku terdiam membeku
kutatap wajahmu, yang perlahan pucat pasi
perlahan dengan gemetar kujawab, pertanyaan bapakmu
"agama saya Ra,Ra,Ra"
kemudian suasana berubah hening
hanya suara jam yang terdengar mengisi ruangan itu

bapakmu terlonjak berdiri
diangakat kepalan tangannya
penuh amarah tergambar dalam raut wajahnya
"pergi, pergi, kau dari rumahku, jangan berharap ku nikahkan dengan anakku !"
"dasar agama laknat, pergi kau !"
aku berdiri terdiam
berjalan lesu menyeret kaki, dan menarik hati
kulihat kau menangis pilu, terdiam dalam dekapan ibumu
ingin ku peluk dirimu sebelum aku berlalu
namun ayahmu mengumbar nafsu dan mendorongku berlalu
kutatap rumahmu, kemudian aku berlalu

3.
seminggu telah berlalu
namun masih tiada kudapat kabar darimu
kutannya temanmu namun mereka juga mencari dimana dirimu
kupergi kekantin tempat kita bertemu
berharap kau sedang duduk disitu dan terdiam menantiku
namun hanya kuhampaan yang kudapat
kembali tiada kutemui dirimu

senja tiada lagi indah bagiku
semuanya hanya hambar dan pilu
hingga malam kembali tiba
tiada kudapati dimana kau berada

kusulam cerita rindu
ku lukis siluet senyumanmu dalam hatiku
ku satukan serpihan tawa mu dalam ingatanku
dan kusimpan dalam hati yang selalu menunggu

jam berdetang pelan
kulihat sebuah pesan terdampar dalam ponselku
kau menunggu ingin bertemu
menantiku di jalan ujung rumahmu
beranjak aku mengejar waktu
tak akan kubiarkan kau lama menunggu
berharap ada restu dari orang tuamu

kulihat kau terdiam membisu
kuhapiri dan kusapa dirimu
lebam hiasi matamu
tanpa senyuman kau berkata
"Aku akan pindah kuliah ke surabaya"
"kata bapakku ini yang terbaik bagiku"
aku kembali terdiam membisu
tak dapat aku berkata waktu itu
kau terdiam dan kemudian pergi
samar kudengar kau menagis dalam hilangmu

4.
23 mei 2011
tiga bulan telah berlalu
kudengar kabar hari ini kepergianmu
ingin kutemui dirimu
sekedar melepas rindu

kupergi kerumahmu
namun tida kutemui seorangpun
hanya ayam jantan yang berkoko berlalu
kurasa kau telah pergi pagi tadi
dan aku terlambat ucapkan salam perpisahan untukmu

terdiam aku di teras rumahmu
hingga malam tiba tiada aku beranjak pergi
Tuhan, kenapa ini terjadi ?
agamamu yang berdasarkan cinta
kenapa memisahkan anak manusia yang saling mencinta
haruskah sebuah cinta berbisah demi agama
Tuhan, jangan kau membisu
ini aku yang selalu berdoa padamu, tapi kenapa kau renggut cintaku

terdiam aku dalam malam
bersama air mata yang menggenang di pelupuk mata
berlalu aku entah kemana
hanya singgahi ruang kamar yang kini terasa hampa
terbaring aku menahan tangis
tangisi sebuah cerita cinta yang terpisah karena agama

20 Des 2012

Hei Kamu !


hei, kamu !
iya kamu, yang selalu mengusik hatiku
enggan pergi dari benakku
selalu membayang setiap waktu

hei, kamu !
yang telah kutitipkan rindu
kusematkan namamu dalam setiap dinding hatiku
kujadikan kau ratu dalam singgasana cintaku

hei, kamu !
jangan kau berlalu
diamlah sejenak bersamaku
bersama kita nikmati senja yang sendu
sebelum hilang dan berlalu

hei kamu, !
yang telah mencuri hatiku
dengan senyuman manismu
dan tutur katamu yang lembut nan syahdu

hai kamu !
bolehkah aku menyapamu setiap waktu
bersama sejuta rindu yang telah menunggu
jangan kau berlalu
karena waktu terasa berhenti didekatmu.

hei kamu !
yang telah mencuri setiap aksara cintaku
kau pindahkan kedalam rontal-rontal hatimu
kini aku terdiam membisu
membacai setiap ayat-ayat cintamu

19 Des 2012

Senja sendu, berakhir pilu

fajar ku terlalu telat untuk tiba
sehingga malam berkuasa terlalu lama
dan senja hanya sebatas angan belaka
entah sejak kapan semua itu hanya ilusi semata

mendung terlihat berkabar sapa
namun tentang siapa
sedang senja yang kunanti tiada tiba

belum sempat kunikmati indah senja dia berlalu
hilang tertelan waktu
dan tiada kembali padaku

entah mengapa ada yang kurindu
pada setiap waktu yang berlalu
tentang senja yang dulu selalu ada untukku
kini hanya sebatas angan lalu

kini waktu berjalan lambat bagiku
angan ku tercecer dalam serpihan sendu
terbawa hilang oleh hujan sore itu

masihkah kau ingat saat aku berdiri membisu
menunggumu datang dari waktu itu
bersama rintikan hujan dan mendung durjana
aku menantimu datang dan hangatkan sukma

sudahlah, masihkah layak aku mengingatmu
sedang kau tiada mau menyapaku
kau lebih suka bercumbu bersama rembulan
puaskan hasratmu yang sesat
sedang aku yang menantimu penuh cinta,
kau abaikan begitu saja.

bersama waktu yang kian memburu
bersama belati rindu yang berkarat
kau sayat hatiku yang tengah sekarat
dan kau pergi hilang di balik awan pekat

aku pergi berkawan sendu
menantang hujan yang memburu
tak perduli dengan pedih atau pilu
karna aku akan melupakanmu
meski masih tersimpan rindu untukmu.

18 Des 2012

malam tanpa sukma


tanpa sukma aku malama ini
kubiarkan sukmaku pergi lalu
terdiam dalam arak-arakan awan
mengamit dalam desir semilir angin

kutinggalkan bayangku dalam sudut kamarmu
temani tidurmu malam ini
aku terdiam disini bermain bersama angan
dan mati bersama malam

jika esok surya tiba
mungkin bayangku kan sirna
kan kau rasakan sepi
dalam hati yang sendiri


17 Des 2012

apakah ini cinta ?


apakah ini cinta ?
atau hanya ilusi belaka
hanya sesaat terasa
kemudian hilang entah kemana

hangat dia terasa
jauh bersemayam dalam jiwa
hingga hangat surya tiada terasa

kapan ini rasa bersemayam di jiwa
laksana ratu dia bertahta
diam-diam kuasai raga
hingga aku diam tanpa kata

jika ini hanya mimpi belaka
maka tiada aku ingin membuka mata
jika nanti aku kehilangan dirinya
ahh,, tak sanggup aku berkata
tentang apa yang kurasa
jika tiada kutemui dia di dunia nyata

namu, jika rasa ini nyata
kan segera aku berkata padanya
tentang apa yang ada dalam dada
entah dia akan terima atau menghina
jika telah kukata rasa ini padanya
lega hatiku kurasa

duhai adinda
yang bertahta dalam jiwa
apakah dirimu nyata
atau hanya bunga mimpi semata
ahh, kau buat hatiku terus menerka
terombang-ambing dalam rasa yang tak dapat kukata

15 Des 2012

Aku sedang jatuh cinta !

terdiam aku menatap datar
memandang pelangi terperangkap dalam kubangan
terdiam menanti waktu yang perlahan berlalu
sembari menahan dingin yang menusuk kalbu

terdiam aku tanpa kata
memandang nanar pada dunia
terselip sebuah rasa dalam dada
pada dia yang hanya menjadi impian

kutatap ia dibalik bayang-bayang
tiada terlintas dalam benak untuk ungkapkan rasa
biarlah kupandang dia dari balik kelambu senja
yang terkadang hilang membawa rindu

kutatap ia berlalu
jantung berdegup tak tentu
laksana genderang perang berdebum kencang
namun aku hanya bisa diam bermain angan-angan

tiadakah kau rasa
tataan matamu hangat laksana surya
namun tajam menikam kalbu
dan aku terdiam terpaku
memandangmu aku membisu
hanya berbuah senyuman lalu

dua, tiga hari berlalu
kutunggu kau setiap pagi
sembari aku menata hati
apa yang akan ku kata waktu bertemu nanti
akhirnya aku hanya tersenyum sendiri
membayang dirimu setiap waktu

senja tiada datang
terganti mendung berkabar hujan
menahan raga untuk terdiam mematung

kudengar lembut lirih angin menyapa
berkabar suara dia yang ku cinta
aku terdiam memendam berjuta rasa
saat kutatap kedua matanya
tergerak hati berkata
bersama sejuta petir aku berkata dalam dada
"aku sedang jatuh cinta !"

13 Des 2012

Aku, Kita dan Sebuah senyuman

kawan.
sebuah senyummu terbitkan asa dalam hati
derai tawa mengalun indah laksana kidung surgawi

kawan,
detik berlalu dalam diamnya
hari berganti dengan kejamnya
sisakan kenangan-kenangan antara kita
yang tertulis dalam rontal cerita
aku dan kita

kawan,
aku rindu padamu
seiring waktu yang kian berlalu
bersama semburat warna lembayung kelabu
teriring senja yang selalu berlalu
disitu rinduku aku tempatkan

kawan,
tiada lagi kita bersua
mengucap kata dan bertukar sapa
namun kurasa itu tidalah perlu untukku
karena nama tentangmu selalu ada dalam kalbu

kawan,
teriring kabut pagi berlalu
semilir lembut angin kian berdesah dibalik awan
surya enggan menyapa hari
dia hanya terdiam di balik awan hitam
maka kan kau dapati rintik-rintik kerinduanku
yang berderai dalam dinding pagi yang membuta

kawan,
aku dan kalian
bertukar cerita
tentang tawa dan tangisan
tentang rindu dan cinta
tentang sakit dan bahagia
tentang apa dan mengapa
tentang esok yang kan tiba,
dan akan kemana kita ?

kawan,
tiada kan berakhir kisah kita
aku terdam kalian bicara
aku bicara kalian terdiam
semua bermula dari senyuman
dan akan menghilang dalam senyuman

11 Des 2012

menantang maut


belum lepas nafas dari raga
masih tersangkut ia dalam tenggorokan
dua tiga langkah kutahan ia
berikan waktu setetes asa

belum pula kulepas ini badik
masih erat tergenggam dalam kepalan

kutatap jauh kaki langit
terlihat siluet meraka kembali
haruskah aku berlari hampiri
atau terdiam hanya menanti

derap kaki menghentak bumi
getarkan sukma ciutkan nyali
bagi mereka menyimpan ragu
maka pasti mati mereka nanti

kuhitung berapa nyawa tadi mati
perut terobek. darah mengalir
tapi semua tiada kuingat
hanya terngiang suara memohon dan rengekan

badik ini teman sejati
daripada perwira negeri
dengan ini kutantang kompeni


jangan tanyakan takut dalam hati
takutku telah lama mati
bersama mayat keluargaku
yang aku kubur di samping kali

kini aku sendiri
orang-orang kerdil hati itu telah lari
tinggalkan bayangan dibalik matari
kembali aku terdiam dan bertanya
"aku kan hampiri atau menanti ?"

kucium badik ini
bersama lelehan darah para kompeni
entah apa yang terjadi nanti
lebih baik mereka aku hampiri
dua, tiga nyawa pasti kudapati
menghilang di ujung badik ini.

9 Des 2012

Ruang untuk Mati


belum kering darah merah
belum hilang anyir darah
membekap sengap dalam dada
leleh hilang dalam bumi

perih
sakit
merintih
berbuah tangis

hilang terbuang terpendam bumi
menggeliat dalam desah nafas alam
bersatu dengan sukma berkalang tanah

pyar. hilang raga dan sukma
menelusup dalam dinding malam
beriring tangis serigala
berselimut dingin kabut kelam

nanar mata membayang
tersamar kabut,
terbungkus kafan
terdiam beku dan dingin
terpaku tanpa arti

membayang dalam mati
menerawang melepas kenangan
menyibak tabir impian

denting jam bertalu-talu
berkejaran dalam sempit ruang hitam
sebuah kursi bergoyang pelan
dan terjatuh hancur berantkan

tang,,
kembali berdentang
mengiring sukma dalam penantian
jiwa terdiam dan raga membeku
kembali anyir darah mengamit sepi
dalam malam aku menghilang
esok pagi aku telah mati.

6 Des 2012

merpati dimabuk asmara

maka pergi dan sampaikan apa yang kau rasa
tentang cinta dalam dada
kalian bersua dan kemudian berkata
tentang cinta yang tersimpan dalam dada

tiada guna kau simpan ragu dalam dada
sedang sukmamu mulai berkata
bahwa dia orang yang kau cinta

meragukah kau kini
tentang rasa yang berada dalam hati
kurasa itu tiada guna
hanya buat kau menunda
berujung kehilangan cinta

pergilah kau merpati penuh cinta
terbang dan temukan pasanganmu
hilangkan bebaan dan ragu
percayalah tuhan bersamamu

takutkah kau pada sakit yang dahulu
maka tiada guna kau simpan rasa itu
buang dan berlarilah
itu cinta barumu telah menunggu
jangan biarkan ia hilang dan berlalu

5 Des 2012

Pemuda Tanpa Nama


berdiri ia di gerbang desa
mematung membayang senja
terseok ia dalam langkah
menyeret kaki pincang berlumur darah

sebilah pedang ia jadikan tongkat
pedang usang bau anyir darah
tua berkarat ia temukan di gudang entah milik siapa
namun entah berapa nyawa ia korbankan

tiada mata menatapnya
semuanya terdiam di balik tembok
terdiam, berteman tanya
"siapakah dia ?"

masih saja ia melangkah
tingalkan seretan darah di atas tanah
menggenang bercampur kubangan
sisa hujan tadi siang
angin senja berhembus perlahan
kabarkan anyir darah manusia

berhenti dia di bawah beringin tua
tiada nampak duka dalam matanya
hanya guratkan senyuman kecut yang menahan perih
dia angkat kepalan tangan tinggi-tinggi
perlahan ia bernafas penuh amarah
lantang dia berteriak
"Telah aku bunuh para Belanda Keparat !!"

kemudian ia terdiam
terjatuh tergolek berlumur darah
tiada daya dia bagkit dan berjalan
perlahan dalam gumaman
"aku telah membunuh belanda keparat, mak !"
bersama redupnya senja ia meregang nyawa

4 Des 2012

terpasung rindu


malam kian larut dalam maginya
beriring dendang sepi
berteman belaian dingin angin berhembus

aku tiada terdiam dan membisu
bergumam perlahan
merintih tertahan
dan, tangis tertahan bisu

tiada aku tanya pada rembulan malam ini
tiada kusapa gemintang itu
jauh layangkan pandang, menembus mega
menelisik sudut malam
hanya sepi dan hening yang terasa

teriring derik jangkrik merdu
laksana brahmana yang membacai rontal-rontal indah
mengalun pelan namun mengikat
menggoda namun mengancam

aku pun telah membacai rontal-rontal kerinduan
bersama perih dalam kehikmatan abadi
parau suara menahan kucuran rindu yang mengalir deras
dari luka hati yang tiada tertutup lagi

rindu perlahan mengamit sukmaku
diajaknya menghilang dibalik gemerak awan
menggoda kerlingan gemintang
dan bersandar pada rembulan

sewindu telah berlalu
aku masih terdiam dalm rontal-rontal rinduku
tiada habis kubacai siang dan malam
tiada pula aksara-aksara itu dapat ku mengerti
terlalu sulit kujabarkan aksara rinduku ini

perlukah aku bertapa dalam puncak kerinduan
sedangkan rindu itu sendiri memasungku tiada bergerak


1 Des 2012

Labuhkan hatimu pada ku kala malam, dinda


Labuhkan hatimu pada ku kala malam, dinda
Kan kita binasakan setiap kelam malam
Sepasang kita laksana genderang memecah sepi
Hilangan hening oleh sorai cinta dalam hati

Malam terlintas sunyi
Pekat kelam menebal dalam jiwa
Detak jam, berlalu dengan kerinduan
Menghitung setiap waktu yang terlewat
Berputar mengejar rindu yang kian membuncah

Malam tenggelam dalam kehampaan
Tiada bernyanyi jangkrik dan katak
Semilir angin kabarkan berita duka
Tentang rindu yang terbatas dan tentang cinta yang berjarak

Kita sama terepung waktu
Berlari dalam lintasan kerinduan abadi
Berenang dalam daya imajinasi
Tentang wajah dan sukma
Tentang kasih yang kini tersimpan dalam hati

Sering kita berjalan dalam mimpi
Bersama beriring tertiup angin
Memandang dalam diam, berucap tanpa kata
Hati berbicara tentang rindu
Dan sukma berdendang tentang cinta
Sedangkan raga hanya mematung terpinggir
Dalam malam tanpa tepi