29 Jan 2013

berkatalah tentang rindu dan cinta.

mereka bicara tentang cinta
tentang duka dan tentang luka
tentang tangis dan tentang tawa

mereka berdendang tentang rindu
tentang sepi dan tentang sendu
tentang segala tangis yang meratap hari
dan tentang rasa yang terpendam menusuk dalam hati

kemudian tangis kau buang pada hujan
sepimu kau titipkan pada malam
dan rindu kau lukiskan pada senja
sedang mereka tak atau apa yang kau rasa

kemudian kita sama terdiam
kita sama-sama membisu
saat rindu perlahan menikam kalbu
saat sepi perlahan merajai ragamu

kemudian kita sama-sama linglung
saat mendengar kata rindu
tiada aksara disana yang dapat kita baca
tiada kau temui pada setiap kamus bahasa
kemudian kita hnya meraba
tentang arti dari kata rindu

kita kembali membuta tanpa aksara
mencari setiap penampakan pada alam
tentag rindu, sepi dan pilu, serta tangis

kemudian kita kembali bertanya ?
tentang rindu dan cinta yang tanpa aksara
akankah dapat kita baca
atau kita hanya dapat berkhayal membaca
dan semua hanya berujung pada ilusi belaka

27 Jan 2013

saat hujan kembali berdendang


lirih desir angin berdendang
bersama alunan gemericik rinai hujan sore
dendangan sebuah lagu tanpa aksara
jangan kau coba cari artinnya
diam dan biarkan dia berdendang
sampaikan kata magi kedalam sukma

kelok alur sungai kecil menebal kaca
seakan melukis sebuah cerita
tentang rasa yang ingin dia katakan
jangan kau sabdakan kesedihan padanya
liat betapa senangnya ia mengeliat dan berkejaran dengan sesama

anak-anak air bermain riang
tersembunyi di riak-riak muka kolam
saling tertawa dan berkejaran
siapa kira yang selanjutnya kan menghilang
dan kembali pada pertiwi

kenapa kau sabdakan sedih jika ternayat ada suka
kenapa kau sabdakan ia tangis jika disana penuh tawa
kenapa kau kutuki ia jka disana penuh dengan kerinduan

biarkan lah sukmamu sejenak bernyanyi
dengan sejuta nada tanpa aksara
bersama sejuta rasa di hujan sore ini.

20 Jan 2013

Saat Rindu bukan Lagi Sebatas Aksara

ketika rindu bukan lagi sebatas aksara
saat cinta bukan lagi terkungkung dalam batasan rasa
lalu harus dengan apa kan ku ungkapkan semuanya

ketika senja mereka bilang adalah rindu
ketika rinai hujan mereka sabdakan menjadi kangen
lalu kata apalagi yang harus kita rangkai
jika ternyata rindu bukan lagi sebuah aksara

rindu ku, rindmu, dan rindu kita
semua membuta
semua membisu
terdiam hanya sebatas memadang
namun semua masih tersamar
semua masih terkungkung dalam aksara duniawi

cinta itu buta,
karna dia tak mengenal aksara
cinta itu rasa,
dan rindu adalah pelengkapnya

jangan kau berkhotbah tentang cinta
jika kau masih berkutat tentang aksara rindu

biarkan kita diam-diam merindu
biarkan pula cinta itu diam-diam menggerakan hati
biarkan mereka bergerak dalam alunan nada jiwa
jangan kau paksa apalagi kau baca
karna kita hanya manusia
sedang cinta dan rindu adalah aksara ilahi

16 Jan 2013

Ketika Cinta Berbicara

belum habis kucumbui malam.
ternyata fajar telah membentang
beum habis ku nikmati sentuhan fajar
ternyata senja telah menyapa

lara hati kubawa berlari
terdiam disudut pagi
sembari mengecup dinginnya embun hari ini
kurasa getir menyapa dalam kalbu
bersama sejuta rindu yang selalu membisu
tanpa aksara namun selalu mengganggu

sisa kabut fajar belum jua berlalu
masih disana sembari mengukur waktu
kapan kira dia kan menyapa, dan kapan kan menghilang
sebelum mentari terlanjur kuasi mega

dingin aku memeluk sepi
merindu dia yang tersamar dalam bayangan hari
kutau ia berdiri disana
tersamar dalam kabut fajar pagi
namun aku tiada sanggup berkata
hanya memandang dan terdiam

terlampau jauh jarak menghadang
terlalu banyak waktu yang kan terbuang
tak terhitung setiap rindu yang menghilang
diam-diam mati tertikam sepi

kuselipkan sebuah tanya
dalam arak-arak awan di mega sana
entah itu malam atau hanya siang yang membentang
kapan waktu kan ijinkan kita bersua,

rindu tak pernah kurasa seperti ini
begitu getir dan sangat pedih
inikah yang banyak orang bilang
bahwa cinta itu kan membawamu mati

bilakah semua kan menjadi sebuah nyata
bukan sekedar khayal kala mimpi menyapa kita
maka akan terasa indah kurasa
saat kita bersama mengukur waktu yang hilang
berdua dan bicara tentang cinta

9 Jan 2013

dimana rindu, jika tak padamu

bersama rinai hujan ku kenal dirimu
bersama kuncup mawar di ujung senja
perlahan kutumbuhkan cinta padamu
dan perlahan pula hatiku telah jatuh untukmu

waktu perlahan berlalu
kita masih memendam rindu
bertasbih dalam dinding malam
kapan kita kan bertemu

aku menyimpan rindu
sedangkan kau mneyimpan hatiku
terlampau jauh jarak memisah
namun, hatiku selalu bersanding denganmu kasih

aku hanyalah seperti sebuah lumut liar
lumut yang menepel pada putaran waktu
biarlah kemarau memakan rimba 
dan jika waktu berlalu dan kita kan bertemu
kan kutasbihkan cintaku padamu.

2 Jan 2013

Elegi Hujan Sore


sepoi angin menyapa sukma
gugurkan dedaunan hiasi senja
rintik hujan perlahan basahi setiap jengkal kuncup melati
semerbak angrek meluncur bersama desir angin

lirih syahdu samar tertangkap telinga
nyanyian katak sambut tetesan hujan sore
kepak sayap burung-burung terdengar begitu terburu-buru
sembunyi dibalik rimbun dedaunan
terdengar kicau tentramkan jiwa
mungkin mereka sedang berbincang atau menggerutu
entahlah, namun begitu indah terdengar

rintik hujan memukul genting
dalam sebuah irama alami
cepat, lambat, terhanyut dalam harmoni
terdengar laksana kidung surgawi
mungkin malaikat kini sedang gembira
menari dalam alunan nama rintik hujan
dan tenggelam dalam derai tawa.

desir angin begitu teratur
seperti dirijen, pengatur konser hujan sore ini
bertiup ia dalam ketegasan dan kelembutan
goyangkan setiap dahan yang tertutup butiran hujan
dahan itu menari begitu cantik
teratur dalam keteraturan gerak
seperti seorang wanita yang sedang menari
teriring alunan harmoni rintik hujan

rintik hujan terus bernyanyi
tenangkan sukma-sukma yang merindu pada irama alam
membuai jiwa-jiwa anak manusia yang merasa sepi
lihatlah, hujan menari dan bernyanyi
hingga kita hanya diam terpaku
tanpa tau harus berkata apa
lebih baik kau diam dan duduk bersandar
nikmati hujan sore ini
sebelum ia pergi nanti

1 Jan 2013

Sepatu butut untuk tahun baru


malam ini aku hanya diam
menanti membisu d sudut malam
menanti sebuah langkah kaki yang kan datang
sembari menahan jantung yang semakin berdegup kencang
malam,tak terlalu kelam
terlalu ribut dengan suara petasan
kulihat kalender usang
ternayat ini malam tahun baru
semakin aku girang tak karuan
sukmaku seakan melonjak dan terbang di awang-awang
terbesit sebuah janji yang lama kunantikan
sebuah hadiah kecil dari bapakku nanti
kutatap jam dinding yang terus berdentang
berputar dan saling mengejar
seperti pemburu yang mengejar hewan buruan
kan diterkam ia dan kemudian menghilang
tepat tengah malam yang kunanti tak kunjung datang
terbersit tanya dalam sukma
“kemana kiranya bapakku berada ?”
ini anakmu tak sabar menantimu
kubayangkan kau kan pulang malam ini
sembari tersenyum riang
kau bawakan sebuah hadiah tahun baru yang kunanti
sejam telah berlalu aku menunggu
kantuk prlahan menyerang mataku
bergelayut ia di pelupuk mata ini
namun aku ingin tetap terjaga demi menanti bapak dan kado tahun baru
sayup-sayup perlahan kudengar
membisik bersama angin sebuah langkah kaki
perlahan mendekat dan pintu terbuka
“Hore,,bapak pulang !”
kantukku hilang pergi entah kemana
aku berlari den memeluk erat ia di depan pintu
tersenyum ia padaku.
“kamu sudah lama menunggu ?”
hanya kugelenggkan kepala
dan perlahan dia keluarkan sebuah bungkusan
dengan penuh nafsu kurebut bungkusan itu dan aku berlari
kukunci pintu kamarku dan aku tak sabar menanti
detik-detik berlalu terlalu cepat
belum sempat aku bernafas, bungkusan itu telah terobek
terkejut girang tertawa
sebuah sepatu butu kudpat malam itu
warnanya yang tak putih seperti baru
sebuah goresan tinta memanjang di sisi sepatu
tali sepatu yang hanya sebelah
entah aku tak perduli ayah beli dari mana
malam itu aku begitu bahagia
sebuah sepatu butut hadiah tahun baru
betapa senang htiku
kupeluk sepatuku, kudekap erat penuh nafsu
seakan ia kan berlari pergi
lama kutahan, semakin aku tak kuasa menahan kantuk
perlahan mata ini terpejam dalam malam
sembari kupeluk sepatu bututku
aku terlelap dalam senyuman girang
“Trima kasih ayah, untuk kado sepatu butut darimu !”