30 Des 2015

Kembali ke Pangkuan Pertiwi

O,bangkitlah
kalian yang goyah

O,bangkitlah

Bangkitlah kalian dari mimpi
dari segala angan sunyi
langkahkan gontai kaki
tapak perlahan bumi pertiwi

sibak segala sepi
segala kabut sunyi
telisik derai rambut sang dewi
teriring desir angin samudra abadi

nyiur melambai memanggil kita kembali
dalam hamparan sawah yang merindu pagi
dalam lebat belantara yang memeluk dalam sepi
dalam biru lautan raya tiada tepi

langkah kan kaki mu kembali
dalam dekap pelukan pertiwi
tidurkan ragamu dalam pangkuan
mimpilah bersama kidung senyuman

kembali lah dalam pelukan pertiwi
lama sudah kita pergi darinya
bersama raga dan jiwa
jangan biarkan Ibu sepi sendiri dalam sunyi

28 Agu 2015

masih kah Jakarta bermimpi

masih kah ada mimpi di jakarta
yang kita tunggu setiap malam
ditengah wajah-wajah muram

masih adakah mimpi di jakarta
mungkin aku salah berkata
masih  bisakah kita bermimpi di jakarta
dimana raga bukan lagi jadi milik kita
malam hanya sebuah pemberhentian semantara
sedang tidur dan bermimpi adalah barang berharga

masih adakah mimpi-mimpi yang tersisa
kala surya pagi meyapa
selain bau asap jalanan
dan raungan sejuta klakson kemacetan

masihkah jakarta bermimpi
masihkah ada mimpi di jakarta
masihkah kita memimpikan jakarta

sejuta kesadaran yang tertampung
sejuta raga yang saling mengepung
jakarta bukan milik jakarta
jakarta milik sejuta jiwa
jakarta tiada kan pernah terlelap
meski malam terasa begitu gelap

jakarta dengan sejuta jiwa
tak sanggup lagi utuk berkata
bahkan untuk sekedar menutup mata
lalu, kapan jakarta kan bermimpi

mungkinkah mimpi tiada di jakarta
atau jakarta yaang tiada pernah bermimpi
tidurlah, malam sudah terlalu kelam

26 Agu 2015

Ayah, mana ?


malam kembali lagi,
kali ini aku hanya tidur sendiri
semua terasa begitu sepi dan sunyi

aku hanya menatap langit-langit kamar
menghitung setiap lubang paku
menghubungkan setiap garis-garis samar
mencoba menggambar wajah mu

aku masih ingat setiap cerita yang kau baca
sebelum mata perlahan terpejam
sebelum sukma ku tenggelam dalam kelam
dan angan ku hanya berujung pada air mata

pagi tadi aku hanya melihat dari balik jendela
bersama dingin yang membelai menggoda
kau terbaring dingin tanpa kata
seperti buku yang telah habis dibaca
tertutup dalam bisu dan diam saja

kemarin malam tak kau bacakan sebuah cerita
malam itu kau membawa album penuh foto dan nama
kau ceritakan setiap nama disana
aku mencoba terjaga, mesti mata tak lagi bisa di ajak bicara,
dan aku tenggelam dalam alunan nada cerita

dan, malam ini aku hanya sendiri
tak ada tawa atau cerita
hany ada sepi

tadi aku bertanya pada ibu
"Ayah, mana ?"
"Cerita ayah kemaren belum selesai"
dan semua itu terjadi
ibu hanya diam dalam bisu
lalu semua berujung pada air mata

7 Agu 2015

Tuhan, mari bertemu

Apa yang hendak aku cari
Dalam malam yang kian sepi
Selain sisa-sisa dian suci dalam hati
Jaga erat sebelum mati

Tuhan, engkau dimana ?
Aku mencari dalam ramai sepi dunia
Dalam hening sunyi sukma
Namun hanya kehampaan yang kurasa

Tuhan, tiadakah kau mau kita bersua
Aku hendak bicara
Tertawa bercanda bersama

Tuhan, dalam hening aku menunggu
Meski sekejap bersua dengan diri-Mu

Tuhan, disini aku menanti
Berdiam dalam istana hati


26 Jul 2015

Tuhan, benarkah aku kembali ?

Tuhan,
aku kembali lagi disini
setelah lama aku lari
setelah lama aku hilang pergi

Namun,
Engkau yang paling tau isi hati
apakah aku ini benar kembali

atau hanya kepura-puraan sebelum aku pergi.

20 Jul 2015

Rembulan mati

sepasang kekasih membunuh rembulan
dengan sumpah serapah sejuta kesepian
bersama belati luka rindu
menganga mega tersayat sejuta gemintang gugur menjadi debu

sepasang kekasih di awal pagi
menantang surya untuk kembali
embun berhenti dalam tarian angin
daun enggan gugur dalam kengerian
sedang surya hanya mengintip dibalik deretan awan

dan bangkit lah segala sepi
segala duka lara hati
segala tangis dan teriak dalam sunyi
lepas pergi jangan kembali

karena rindu tiada tertahan lagi.

5 Mei 2015

Tarian Sepi

menari dalam sepi
hanya teriring desah nafas dan gerak naluri
demi mencapai hening sejati
selaras dengan kehendak ilahi

menari tanpa henti
gerakan raga dan jiwa tanpa tepi
dalam lekuk dan gerak tari
mencapai sukma sejati

jangan berhenti
dalam hentak kaki
dalam liukan gerak jari
terselip segala doa dan puji

dalam peluh mentes perlahan
dalam desah kebisuan
dalam getar jiwa dan raga
terkandung segala jawab sebagai manusia

tarian sepi
memuji Tuhan dalam diri
kembali sadar dari mimpi
bahwa kita setitik ciptaan ilahi


16 Mar 2015

Cinta Abadi ku

aku hanya memandang sepasang matamu
sedang kan dirimu hanya memandang diri ku
sepanjang waktu berlalu
tiada sepatah kata
hanya bahasa mata

sebuah senyuman mengukir di bibirmu
engkau rapikan helai rambut yang menutupi matamu
perlahan kau tersipu malu

kita lewati hari bersama
dari mentari hangatkan dunia
hingga malam yang berkuasa dengan sepinya

sejuta kerlip gemintanng penuhi mega
sejuta kerlip lampu penuhi kota
kita tenggelam dalam keduanya
sepasang anak manusia dimabuk asmara

dibawah lampu kota kita tertawa
ditera dingin malam kita berdua
bergandeng tangan arungi dunia
hingga mentari kembali menyapa

kini entah berapa banyak waktu berlalu
keriput mulai hiasi parasmu
engkau terbaring lesu
namun senyuman mu coba menghiburku

malam itu kita kembali berdua
telusuri cerita lama
ada senyum dan tawa
namun, ada tangis dalam dada

air mata mengalir tanpa kuasa
kau hapus perlahan sembari berkata
tak boleh ada air mata
karena kita kan selalu bersama

hari berganti waktu berlalu
aku terdiam pandangi foto dirimu
berteman sepi yang begitu pilu
engkau pergi tanpa diriku
sedang kita telah berjanji kan bersama selalu

kini aku kembali berdiri
jalani hari tanpa rasa sepi
karna aku tau kau selalu ada disisi
bersemayam dalam hati

14 Mar 2015

Seribu Purnama Menunggu

seribu purnama berlalu
aku masih menunggu
berteman sepi yang perlahan hendak menikam diriku

seribu purnama berlalu
engkau belum jua kembali pada ku
sedang aku masih setia terdiam dalam mimpi bisu

aku menunggu dalam ketidakpastian
apakah itu suatu kebodohan
mungkinkah juga sebuah kegilaan

gilakah aku yang setia menanti dirimu
bodoh kah diriku yang ingin kembali mengecup bibir mu

kasih,
hidup sepi dalam keheningan
hampa bersama kehilangan
engkau penghibur dalam bayang-bayang
meski hanya sekejap memandang kemudian hilang

kembali kan kutunggu dirimu
hingga seribu purnama berlalu
berteman sepi yang begitu pilu
dan rindu yang menuntut temu

5 Mar 2015

hingga seribu purnama berlalu

lama sudah ku sebut namamu
dalam setiap sepi yang megepungku
dalam setiap rindu yang begitu pilu

ada yang tertinggal dalam senyuman
ada yang tenggelam dalam setiap pandangan
ada yang terpaku dalam setiap ucapan
berujung pada sebuah kerinduan

terkadang aku tenggelam dalam angan
mendekapmu tanpa batasan
melewatkan waktu yang entah sampai kapan
angan dan kenyataan hanya sebuah pembatas sialan

kasih,,
hendak aku kata apalagi
haruskah aku kemudian berlari
untuk kemudian terjatuh kembali
atau aku hanya diam dan menanti

kasih..
apa yang terkubur dalam sepinya malam
selain kerinduan yang begitu kelam
apa yang tersisa di awal pagi
selain kerinduan yang hanya sebatas mimpi

dan aku masih menunggu
hingga seribu purnama berlalu

7 Jan 2015

Kidung Asmara yang Sejati


kidung asmara yang tak habis dimakan usia
berdendng dengan segala cara
menembus batas dinding swargaloka
untuk bersemayam dalam setiap jiwa

tangis tawa hanya rangkaian nada
lalu dimana liriknya berada
tergantung setiap manusia
hendak ia tulis apa lirik lagu asmara dirinya

mereka kan berdendang dalam tangisan
menari dalam keterpurukan
kemudian bangkit dengan sejuta duka
lalu kembali menyelam dalam samudra asmara

kidung asmara yang penuh janji nan suci
Namun perlahan menyayat hati
perlahan mengajak kita untuk mati
dengan sejuta muslihat sejati.