6 Feb 2016

Rembulan mati di Jakarta

Rembulan mati di Jakarta
Lunglai hilang tertelan duka
tergantikan lampu dingin penuh warna

Rembulan mati di Jakarta
Tertelan gedung dingin bisu luka

Sepi malam terlalu sepi
Rembulan dingin bisu mati
langit kosong tanpa rasa
hambar tertelan deru klakson jalanan

malam sepi tertekan
anak perawan jalan sendirian
berteman remang lampu jalanan
rembulan mati sendirian

bintang turun ke jalanan
menjelma lampu toko berhamburan

malam sepi
rembulan mati
purnama hanya sebatas mimpi
di jakarta tiada rembulan malam ini

3 Feb 2016

Letter For You,,

Untukmu Manis

Entah sudah berapa hari terlewati sejak terakhir kali aku tulis surat untukmu. Aku tengah sibuk dengan beberapa kesibukan dunia yang sedikit mengalihkan perhatianku padamu. Namun, bukan berarti aku tak memikirkan dirimu. Aku selalu mencoba membayangkan parasmu dalam benak ku. Sering kali aku hanya duduk terdiam, sembari membayang kan parasmu, atau hanya sekedar menangkap riang tawamu dalam telingaku. Sejujurnya aku sekarang sedang kebingungan hendak berkata apa padamu. Bukan karena aku tak memiliki sebuah kata pun dalam pikiran ku, Namun aku hanya bingung, bagamana harus merangkai setiap kata-kata itu untuk kemudian aku berikan padamu.
Manis, ini adalah hari ketiga yang terlewati sejak aku menulis paragraph pertama dari surat ini. Selama itu aku mencoba untuk menunggu dan sealu mencoba untuk merangai kata untuk dirimu. Ternyata terlalu banyak kata yang tak sanggup aku ucapkan padamu. Aku serasa kembali menjadi seperti anak kecil yang hanya terdiam saat ia melihat sesuatu yang benar-benar memukau. Seperti itulah keadaan ku saat ni berada d hadapan mu. Meskipun aku bilang berada di hadapanmu, namun kenyataannya aku tak benar-benar berada di depanmu. Jikalau pun aku benar-benar berada dihadapanmu maka aku akan benar-benar terdiam.
Aku terkadang selalu bertanya pertanyaan yang sama pada diriku sendiri meskipun aku selalu mencoba untuk menghindari pertanyaan itu. Aku sealu bertanya pada diriku sendiri apa kah engkau akan benar-benar membaca setiap lembar surat dari ku ini, atau kau hanya akan membiarkan setiap sratku tergeletak di meja. Apakah setiap surat ini akan benar-benar sampai padamu ?. Namun, aku seperti mengeluarkan pertanyaan bodoh pada diriku sendiri. Aku tau bahwa setiap surat ini akan sampai padamu. Walaupun mungkin tak pernah kau baca namun aku yakin kamu pasti tau apa isi setiap surat ku. Jika kemudian engkau bertanya darimana dan bagaimana aku mengirim setiap surat ku padamu, maka saat itu aku akan mejawab setiap pertanyaanmu padaku. Ini bukan kegilaan, ini adalah sebuah keyakinan diriku sendiri. Bahwa dimanapun drimu saat ini, maka ketika waktunya tiba aku akan menemui dirimu untuk memeluk dan berikan kecupan kecil di kening mu.
Kau tahu bahwa aku bukan lah orang yang romantis, bahkan sampai sekarang aku tak pernah tau romantis itu apa. Apakah keromantisan itu sepeti Romeo yang selalu menunggu Juliet hanya untk berbincang dari jedela kamarnya. Apakah romantis itu seperti Rama yang sanggup berperang demi Shinta. Aku tak pernah menganggap semua itu romantis, aku hanya memandang itu sebuah model keromantisan yang dimimpikan setiap manusia. Manis, bukan kah engkau tau, telah berulang kali aku katakan padamu bahwa engkau lah keromantisan yang selalu dicari setiap manusia. Setiap unsur keromantisan telah menyati dalam dirimu, maka untuk apa aku harus menjadi romantis. Semoga kamu tidak kecawa mendengar semua itu, tapi aku selalu bisa menjadi apa yang mereka sebut romantis jika aku bersamamu.

Manis, mungkin surat ku kali ini tak akan panjang dan lebar seperti surat-surat ku yang terdahulu. Aku mulai merasa nyaman seperti ini, tak perlu aku terlalu banyak bicara padamu. terlalu banyak kata-kata manis padamu, karena dirimu sendiri sudah terlalu manis untuk ku. tapi manis dirimu tak akan pernah membuat gula darah ku naik. hehehe.