3 Mar 2012

rindu rama


Berarak awan menutup sang surya.
Menyembunyikan hangatnya dalam balutan keraguan.
Mega merah terhampar begitu suram.
Kaki langit pecah dan terhambur.
Gugur berterbangan bersama kalong-kalong buta tanpa arah.

Bremara menangis pelan dalam sanjungan sang rembulan.
Menanti sang kekasih yang lenyap ditelan mega darah.

Duduk aku terpekur dalam keheningn malam yang begitu senyap.
Akulah Kamajaya yang terpisah dari Kamaratih.
Akulah matahari yang menanti indah bercumbu dengan rembulan.
Tiadalah arti aku berjalan memutar waktu.
Bila yang ada hanyalah kekosongan dan kerinduan hati.


Akan aku keringkan samudra.
Bersama panah api rindu dalam dada.
Ku runtuhakn sandyawela.
Bersama raungan sayang ini untukmu.
Ku tambak lautan luas.

Bersama purnama biru di langit malam kan kuhampiri dirumu.
Memadu kasih hingga malam enggan berganti
Tunggulah diriku oh dewiku..
Bersama rasa rindu yang semakin menyiksa batin..


aku kembali..!!


Malam mulai merambat dari kaki langit, menidurkan sang surya dalam peraduannya. Hujan pun mulai turun dengan perlahan basahi bumi yang telah haus akan nikmatnya hujan. Kunyalakan sebatang rokok djarum sebagai penghangat mulut ini. Hangat dan pahitnya asap tembakau mulai menjalar dalam tubuh ini. Dinginnya udara menyapu dengan mesra. Entah telah berapa lama aku habiskan waktu dengan sebungkus rokok ini. Aku hanay diterangi oleh sebuah lampu duduk yang tak begitu terang di dekatku. Pikiranku mulai melayang membayang dalam khayalan. Apakah mungkin tetesan hujan ini adalah air mata kesedihan dan kerinduan dari langit yang terpisahkan dari kekasih hatinya sang bumi ini. Sudahlah. Kuhentikan bayangan dan khayalan pikiran ku yang tak jelas ini.