29 Apr 2013

cerita Insomnia

pagi sebentar lagi menjelang
namun mataku enggan terpejam
ragaku masih kuat bertahan
menatap langit malam yang semakin kelam

inilah cerita orang yang insomnia
selalu mengiring pagi kala surya terbangun
mengikuti rembulan higga hilang diperaduan
menatap kartika hingga lenyap di balik mega

tiada yang salah dengan mataku
apalagi otakku
berteman secangkir kopi aku bertahan
mengiringi hari hingga berganti menjadi baru

sama seperti saat ini
segelas kopi hangat di sampingku
sebungkus rokok di depanku
kutulis cerita ini
sembari mengingat paras wajahmu
kasih

28 Apr 2013

melepasmu

kau selalu begitu
ketika diam menguasaimu
kau hanya duduk membisu
setiap kutanya kau bilang tak tau

ahh, lelah jiwa menghadapimu
sana pergi dengan duniamu
hilang pun aku tak peduli
terlalu lehat hati ini

hilanglah kau dan pergilah
laksana guguran kelopak mawar yag hilang ditelan angin
jika kau tak ingin lagi kembali
maka kurelakan kau pergi.

aku tiada benci padamu
kuleoaskan kau dengan kasih
tak ingin aku menjeratmu
seperti burung dalam sangkar

bebas dan lepaskan jiwamu
aku ikhlas melepasmu..

27 Apr 2013

duhai mawar pagi..

merah segar merekah
basah tertutup kabut pagi
indah tertimpa caya mentari
cantik mempesona dalam balutan kesempurnaan pagi

lama nian waktu kau nanti
bermula dari kuncup kau terdiam
tersipu menggoda
membawa sejuta tanya dari dunia
tentang kecantikan yang tersimpan dalam setiap helaimu

waktu seakan enggan menunggu
ia putar setiap jarum waktu agar cepat berlalu
agar dunia segera melihatmu
tersenyum menggoda dalam diammu

tiada perlu kau berkata
tiada aksara yang perlu kau ucap
biarkan kecantikanmu bicara
biarkan keindahanmu menggoda

dan lihatlah..
seekor lebah sempoyongan menghampirimu
terdiam terpaku menatapmu
seakan tiada pernah ia lihat keindahan sejati
berputar ia mengamati
sembari menari tanpa ia sadari
dan kau hanya diam sembari menyimpan senyum lagi

dunia kehabisan aksara
entah apa lagi yang mau dia katakan
diam ia menunggu
bersama hari yang berganti
dan kau semakin menjadi
indamu membunuh hati ini

25 Apr 2013

Hanya kuburan tanpa nama

rembulan hilang ditelan awan
tersangkut di ranting kering jati
terdiam berdiri di atas bukit
berteman kamboja putih berguguran
menutupi sebuah kubur tanpa nama.

berteman sepi dalam hari
tertelan waktu menggerus ingatan
punya siapa tiada yang tau
hanya perlahan terlupa jaman

segala daya magi terasa mengekang
selimut setiap cerita tersebar
entah benar atau bualan
semua tiada yang tau

hanya satu mereka percaya
menurun dalam tutur cerita
itu kuburan jangan dihiraukan
karena hanya kuburan tanpa nama

23 Apr 2013

begadang Positif II : kumpulan sketsa Tentang Mawar

ketika begadang hari ini sembari menanti pertandingan MU vs Aston Villa, dan berakhir dengan kemenangan MU,, yeeahhhhh,, Manchester is Red and Always RED.. #GGMU.. #halah, hahahah
, beberapa skesta yg saya hasilkan, silahkan dinikmati...

nb : maaf kalo kualitas gmbar jelek, cz, kamera tidak mendukung, hehe










21 Apr 2013

begadang positif : kumpulan gambar sketsa

ketika begadang menjadi sebuah hal yang telah menjadi kebiasaan saya, dan dalam mengisi keluangan waktu begadang inilah yg saya lakukan,

nb : maaf kalo kualitas gmbr dan foto kurang bagus, hehe

20 Apr 2013

menyapa pagi

malam tersapu hilang
terganti fajar hadirkan mentari
hangat pelan menyapu pertiwi
bersama kabut terselip dibalik pohon mahoni
tetes dingin embun masih tertingal di daun jati

gemintang hilang dibalik mega
enggan ia menghilang tanpa nikmati dunia
tersenyum iya di balik sisa mega kelam
mengintip dunia ketika fajar datang

tergerak sukma kembali kedalam raga
bersama sejuta mimpi tentang asa
terselip sebuah rindu dalam dada
yang tiada tertulis maupun terkata

raga terbujur kaku terdiam
tiada mati namun hendak mati
hanya sesat kita tertidur mati
dan biarkan sukma melayang pergi

ini hari berjalan kembali
setelah terdiam semalam menanti
entah apa yang akan terjadi hari ini
masih sebuah misteri pada ilahi

18 Apr 2013

rindu merajam raga

kelam gelap membentang
tanpa tau kemana memandang maupun meraba
tertatih jatuh terluka
tersayat diam membekap luka

tiada secercah cahaya menyambut
hanya semilir dingin angin bekukan jiwa
meraba terus melangkah
tanpa tau dimana kau berada

detik pelan berlalu
hari perlahan berganti
namun belum jua kutemukan dimana dikau kini

musim silih berganti
gugur daun berganti tunas merekah
kuncup melati hiasi taman depan rumah
namun dikau masih jua belum kembali

sepi kadang membekap sukma
merajam raga dengan sejuta belati rindu
terbayang seraut wajah dirimu
tersenyum menyambut pagi

dalam kelam dan dalam terang
kau hanya bisa terdiam
melepaskan aku dalam kegamangan
menggambarkan siluet wajahmu dalam kerinduan

16 Apr 2013

Tentang Nisan Bertulis Namaku

diam dingin membekab
terdiam raga mengejang
hening sukma menghilang
terbujur kaku dalam kebisuan
sayup terdengar rapalan doa
memuja atas nama tuhan
tentang sukma yang perlahan melayang

lama waktu berlalu
hanya sepi dan kelam menemani diriku

perlahan semakin sepi
entah apa yang telah terjadi
terpaku diam membisu
perlahan namun pasti
tertelan aku dalam kesendirian

belum sempat aku bertanya, kenapa
nisan telah berdiri menancap di atas kubur
atas namaku sendiri

13 Apr 2013

hilangnya melati dalam malam

malam tenggelam dalam kelam
rembulan hilang di balik mega
kartika hilang perlahan entah kemana
detik berganti pecahkan sunyi
disni kita berdua diam
termangu dalam derai air mata

kau hanya terbaring diam
samar kau lihatkan senyummu padaku
namun air mata masih jua mengalir dari matamu
aku hanya tertawa kecl melihatmu
kaupun berusaha tersenyum dengan usahamu

kugenggam tanganmu begitu dingin kurasa
kutatap wajahmu kau terklihat begitu lesu
lama kau terbaring diam
bersama puluhan selang-selang menopang hidupmu
lesu sendu dan pilu tersirat di matamu
kau seperti kuncup bunga yang perlahan layu
hanya sisakan kengan kecantikan dan kaindahan waktu itu

aku hanya diam
kau pun hanya diam bersama senyumanmu itu
kita hanya bicara lewat aksara air mata
entah berapa lama waktu telah berlalu
sisakan kita berdua disini
kian lama waktu berlalu
perlahan kurasakan ragamu tertelan dalam beku

berkelebat sejuta kenangan dalam benakku
sejuta tawa dan candamu
sejuta hangat derai tawamu
peluk rindu dan kecupanmu
manis pahit kopi buatanmu
yang menyambutku setiap pagi menjelang
bersama sapaan dan senyuman manismu
lama tiada kurasa, saat itu perlahan menghilang dalam hidupku
terganti menjadi sebatas kenangan belaka

perlahan air mataku kembali mengalir
menetes jatuh basahi tangamu
tiada sanggup kusapu derai air mata yang lama tertahan ini
kulihat bibirmu seakan berkata
lirih pelan tanpa aksara
namun aku masih bisa mengerti apa yang kau katakan

 "untuk apa kau menangis kasihku
jangan kau berikan padaku tangisanmu
biarlah kulihat senyummu
senyuman yang hangat dan membuatku jatuh hati padamu
senyuman sehangat surya, namun seindah rembulan malam
kau kuat, tak pantas kau menangis di depanku
tiada pernah ku lihat kau menangis
lantas kenapa kau harus menangis kini
senyumlah kasihku, tersenyumlah
dan iringkan aku dalam senyuman manismu malam ini"

layu bibirmu tertutup
perlahan matamu terkatup,
dingin merambat hebat dalam ragamu
sesaat aku diam termangu
kuturankan tanganmu perlahan
semburat senyum terukir dalam bibirmu
aku hanya tersenyum menatapmu
teriring airmata yng tiada terhenti

perlahan ku kecup keningmu
dingin bibirku menyentuh keningmu
sembari ku usap air matamu
ku cium pipimu
dan kubusikan kata indah yang mengiring setiap tidurmu
"selamat tidur bidadariku, tenanglah dalam tidrmu,
mimpukan diriku dalam tidurmu kasihku"

10 Apr 2013

sepenggal kabar tentang ajal

detik berlalu dalam bisu
malam luntur dalam pilu
fajar menyapa dalam luka
senja berkabar tentang duka
surya tenggelam dalam lara
mati menjemput tanpa tunda

9 Apr 2013

Tentang Rindu dan Pilu

saat rindu tersekat
rasa hati kian sekarat
kau hanya bisa meratap pada dinding malam yang keparat

dalam diam kau menunggu
detik jam pun kian berlalu
perlahan rindumu kian membeku

terhitung daun gugur berlalu
diam menunggu dirimu di depan pintu
berdiri aku bersama serangkai bunga yang layu

angin berkejaran di balik gugur dedaunan
sedang hujan hanya sembunyi di balik awan
lama nian kau menghilang lenyap dalam bayang

malam kian pekat
rindu perlahan mengikat
memandang pilu pada musim yang terlewat
tanpa ada dirimu meskipun hanya sebatas bayang belaka

bersandar pada dinding fajar
menunggu terdiam pada tepian senja
sedang dalam malam aku hanya bisa meratap
tentang pilu dan duka yang tak kunjung menghilang

ada kala hujan begitu indah
ada kala kemarau begitu segar
kering hati terserap panas rindu
sedang tangis luntur dalam tetes hujan yang bisu

rindu hampa
rindu duka
rindu suka
rindu tangis
rindu tawa

bergumul bersatu dalam sejuta jiwa
melayang jauh dalam angkasa
berkabar pada rembulan dan kartika
tentang dirinya yang hilang ditelan fajar biru

hilang lenyap tak bersua
diam duduk sendiri menangis pilu
untuk apa sesal semayam dalam dada
jika sakit tak sanggup tertahan
lepas dan tinggal kan dia berlalu

tikam belati dalam jantungku
meleleh tercecer jutaan rindu
hilang tersapu dalam hujan pilu
aku pergi bukan karna tak menunggu
jika kau kembali tak kau dapati diriku
mungkin aku hilang mati untuk menantimu.