21 Des 2012

Ketika Agama memisahkan cinta

1.
sore itu kita duduk berdua
terdiam berbincang dalam temaram senja
berteman capuchino hangat buatan mbok ira
kita berdua tenggelam dalam derai tawa
tanpa ada rasa duka dalam dada

setahun berlalu sejak kita bersama
kutemui kau di gerbang universitas saat senja pula
kau terdiam menanti angkot yang tak kunjung tiba
kusapa kau kutawari boncengan dengan motor butut entah tahun berapa

dari situ kita mulai sering bersua
berbincang berdua dan tertawa bersama
dari situ kutau namamu Tara
kemudian aku teringat akan dewi anak bathara indra
kau memang cantik dan menggoda
dalam senyuman dan tutur kata
hingga aku perlahan merasakan cinta

Kuberanikan diri berbincang denganmu waktu itu
kupegang tanganmu dan kau hanya tersipu malu
kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta padamu
kembali kau tersipu, dan tersenyum malu
namun berlahan kau mengangguk pelan
bahwa kau menerima cintaku.

kita perlahan tersadar
bahwa waktu berjalan begitu lambat tenang
kala kita berjalan berdua
padahal semua itu tiada beda dengan hari biasa
mungkin kita berdua telah terjatuh dan terikat
tenggelam dalam binar-binar asmara

2.
5 februari 2011
senja itu aku perlahan mengetuk pintu rumahmu
telah kukata padamu waktu itu
bahwa sore ini aku datang untuk melamarmu
kulihat kedua orang tuamu telah duduk manis menunggu
entah kenapa kemudian bergetar rasa hatiku

perlahan kutata nafasku
dengan semangat yang tersiar dari matamu
kukatakan maksut hatiku
bahwa aku ingin meminangmu
kembali orang tua mu terdiam membisu
berjuta tanya menghujam dalam hatiku

kulihat sebersit senyuman terukir di wajah ibumu
samar namun pasti melegakan jiwaku
perlahan ayahmu bertanya padaku
"Apa agamamu nak ?"
laksana sejuta petir menyabar bersama
aku terdiam membeku
kutatap wajahmu, yang perlahan pucat pasi
perlahan dengan gemetar kujawab, pertanyaan bapakmu
"agama saya Ra,Ra,Ra"
kemudian suasana berubah hening
hanya suara jam yang terdengar mengisi ruangan itu

bapakmu terlonjak berdiri
diangakat kepalan tangannya
penuh amarah tergambar dalam raut wajahnya
"pergi, pergi, kau dari rumahku, jangan berharap ku nikahkan dengan anakku !"
"dasar agama laknat, pergi kau !"
aku berdiri terdiam
berjalan lesu menyeret kaki, dan menarik hati
kulihat kau menangis pilu, terdiam dalam dekapan ibumu
ingin ku peluk dirimu sebelum aku berlalu
namun ayahmu mengumbar nafsu dan mendorongku berlalu
kutatap rumahmu, kemudian aku berlalu

3.
seminggu telah berlalu
namun masih tiada kudapat kabar darimu
kutannya temanmu namun mereka juga mencari dimana dirimu
kupergi kekantin tempat kita bertemu
berharap kau sedang duduk disitu dan terdiam menantiku
namun hanya kuhampaan yang kudapat
kembali tiada kutemui dirimu

senja tiada lagi indah bagiku
semuanya hanya hambar dan pilu
hingga malam kembali tiba
tiada kudapati dimana kau berada

kusulam cerita rindu
ku lukis siluet senyumanmu dalam hatiku
ku satukan serpihan tawa mu dalam ingatanku
dan kusimpan dalam hati yang selalu menunggu

jam berdetang pelan
kulihat sebuah pesan terdampar dalam ponselku
kau menunggu ingin bertemu
menantiku di jalan ujung rumahmu
beranjak aku mengejar waktu
tak akan kubiarkan kau lama menunggu
berharap ada restu dari orang tuamu

kulihat kau terdiam membisu
kuhapiri dan kusapa dirimu
lebam hiasi matamu
tanpa senyuman kau berkata
"Aku akan pindah kuliah ke surabaya"
"kata bapakku ini yang terbaik bagiku"
aku kembali terdiam membisu
tak dapat aku berkata waktu itu
kau terdiam dan kemudian pergi
samar kudengar kau menagis dalam hilangmu

4.
23 mei 2011
tiga bulan telah berlalu
kudengar kabar hari ini kepergianmu
ingin kutemui dirimu
sekedar melepas rindu

kupergi kerumahmu
namun tida kutemui seorangpun
hanya ayam jantan yang berkoko berlalu
kurasa kau telah pergi pagi tadi
dan aku terlambat ucapkan salam perpisahan untukmu

terdiam aku di teras rumahmu
hingga malam tiba tiada aku beranjak pergi
Tuhan, kenapa ini terjadi ?
agamamu yang berdasarkan cinta
kenapa memisahkan anak manusia yang saling mencinta
haruskah sebuah cinta berbisah demi agama
Tuhan, jangan kau membisu
ini aku yang selalu berdoa padamu, tapi kenapa kau renggut cintaku

terdiam aku dalam malam
bersama air mata yang menggenang di pelupuk mata
berlalu aku entah kemana
hanya singgahi ruang kamar yang kini terasa hampa
terbaring aku menahan tangis
tangisi sebuah cerita cinta yang terpisah karena agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar