11 Des 2012

menantang maut


belum lepas nafas dari raga
masih tersangkut ia dalam tenggorokan
dua tiga langkah kutahan ia
berikan waktu setetes asa

belum pula kulepas ini badik
masih erat tergenggam dalam kepalan

kutatap jauh kaki langit
terlihat siluet meraka kembali
haruskah aku berlari hampiri
atau terdiam hanya menanti

derap kaki menghentak bumi
getarkan sukma ciutkan nyali
bagi mereka menyimpan ragu
maka pasti mati mereka nanti

kuhitung berapa nyawa tadi mati
perut terobek. darah mengalir
tapi semua tiada kuingat
hanya terngiang suara memohon dan rengekan

badik ini teman sejati
daripada perwira negeri
dengan ini kutantang kompeni


jangan tanyakan takut dalam hati
takutku telah lama mati
bersama mayat keluargaku
yang aku kubur di samping kali

kini aku sendiri
orang-orang kerdil hati itu telah lari
tinggalkan bayangan dibalik matari
kembali aku terdiam dan bertanya
"aku kan hampiri atau menanti ?"

kucium badik ini
bersama lelehan darah para kompeni
entah apa yang terjadi nanti
lebih baik mereka aku hampiri
dua, tiga nyawa pasti kudapati
menghilang di ujung badik ini.

1 komentar:

  1. mantap nah ni puisi.. buset dah... salam kenal+folback nyokk di www.jombloangkut.blogspot.com muhehehe

    BalasHapus