26 Okt 2012

malam pertama

ketika dua raga menjadi satu
dian malam redup sayu
kutinggalkan rembulan berlalu
dan kami teggelam dalam cumbu rayu

23 Okt 2012

rembulan mencibir diriku

kala malam berselimut rindu
sedu sedan rintihan hati yang pilu
kembali teringat wajahmu
berkelbat dalam lintasan waktu

aku terdiam kau membisa
diam-diam terkurung malu
berat hati ungkapkan rasa dalam jiwa

kubiarkan semua waktu berlalu tanpa tau isi hatimu
aku pasrah terdiam dalam bisu
berharap kau mau bicara tentang rasa dalam hatimu

kurasa semua hanya bayangan semu
kau membisu dalam pilihanmu
diam-diam rembulan tersenyum dibalik awan
mencibir hati yang meragu

kau tersenyum dan berlalu
menghilang dibalik pohon randu
tinggalkan aku yang masih membisu
aku hanya terdiam dan habiskan waktu

rembulan berpaling dariku
gemintang hilang dan berlalu
malam seakan menghujat padaku
dan waktu semakin sadis membunuhku

lama waktu kini berlalu
engkau keman akupun tak tau
tiada kabar yang bersarang di kupingku
semenjak malam kau pergi berlalu

barisan waktu kian berganti
aku hanya tertawa dan menyesali
dikala malam kubiarkan kau pergi
kini aku merindu pun tiada berarti

sesekali masih kupandang foto usangmu
bersama sejuta kengan waktu bersama
engkaupun tau kau lebi dari teman bagiku
namun apa daya ternyata kau memilih bersamanya

sudahlah,,aku memang tak kuasa untuk melupa
kutau kau mungkin kini bersama dia
aku kan berlalu bersama waktu
temukan siapa pemilik hatiku

21 Okt 2012

malam ini kupersembahkan untukmu

belum juga kabut turun hinggapi pagi
namun hati telah berselimut dingin kabut kerinduan
ini malam masih terlalu panjang untuk mati
sedang rembulan masih asyik bercumbu di balik awan

tiada angin berhembus menyapa
hanya klebatan kalong menyeruak dibalik bisu
mlam berjalan begitu cepat hanya sisakan bias-bias rindu
mozaik kerinduan merangkai dalam sukma

aku hanya diam tanpa beranjak pergi
lolong anjing samar terdengar dibalik bukit batu
alunan kesendirian dalam gelap malam ini
siratkan kesdihan dalam sukma yang membisu

klebat kalong kembali melintas buyarkan lamunan
terpecah berhambur dalam jutaan kenagan
perlahan merangkai pada sebuah wajah
senyum manis goyahkan jiwa

entah berapa purnama terlewat tanpa arti
hanya berlalu dan menyapa dalam kebisuan
hanya indah dan terang yang kuingat
kembali disitu kurasa dirimu berada

aku tak harus mengeja setiap aksara rindu
karena rindu tiada tertulis dalam kalam jiwaku
dalam dingin nafas terhirup jutaan serpihan rindu
mendesah dalam hembusan sejuta pasrah

jika hari berganti pagi bersama sang mentari
aku akan kembali pada malam dingin tempat kuberada
bekukan rindu sembunyikan rasa
terpendam jauh didasar jiwa
diam-diam rindu terus kujaga
untuk nanti kupersembahkan untuk dirimu adinda

raga ingin berpaling pergi dan menghilang
namun suka enggan berpaling dan diam terjaga
menanti hadir dirimu dalam jiwa
hangatkan sebongkah hati yang lama membeku

kuakhiri kata ini untukmu
bersama kelebatan kalong dari balik pohon randu
aku kembali terlelap dalam mozaik rindu
berharap berjuma denganmu meski dalam mimpi yang berlalu

19 Okt 2012

senyuman manismu

semilir dingin selimuti kalbu, 
bekukan asa yang tertanam dalam diri, 
namun hangat diam-diam tersebar. 
ketika kupandang wajahmu

aku selalu terpaku diam membisu tatkala kupandang wajahmu,
manis parasmu berbingkai senyuman dan gemintang rembulan, 
tambah elok parasmu kupandang

sepasang emprit berkasihan di pohon randu, 
terbersit iri dalam hatiku, 
bisakah kumiliki dirimu, 
atau hanya sebatas impian palsu

ijinkan aku tertawa, 
pada merpati yang terbang berdua, 
mencaci hati yang hanya mendamba, 
namun tiada sanggup kukata

hadirmu laksana kabut pagi, 
datang bersama hembusan dingin angin, dan hilang bersama mentari, 
tapi dirimu selalu menyimpan rindu

tiada aku sebut namamu dalam lisan atu tulisan,
tapi namamu telah tertanam dalam diinding sanubari terdalam,

kini mentari telah terbit sinari hari
hangatkan dedaunan dingin berselimut embun
hidupkan sungai-sungai dalam kecerahan hari

malm telah tinggalkan hati
bersama kenangan pada gemintang dan rembulan
belum sempat ku artikan indahnya malam
fajar telah menjelang
bersama manis senyumanmu

kuisyaratkan rasaku tanpa tanda
kumatikan indraku
dan kurasakan dirimu dengan hatiku
hangat tediam dalam sukma

aku tediam dalam kesadaran
pada rasa yang tiada perlu kucari
entah pada siapa kan kuberi

rasaku telah bertanda dalam salam sahaja
berlampau pada hati bisu terdiam
terlalu bersyaratkah cintamu
hingga alam terdiam dalam keheningan

ketika jiwa meruang dalam kalbu, 
sperti mentari membentuk fajar, 
saat dirimu terbayang dalam hati, 
maka aku hanya bisa terdiam dan memandang dirimu

11 Okt 2012

Dawai Rindu


gemerisi hujan hiasi malam
semlir dingin angin menyambut kalbu
sebersit rindu menguak dalam sukma
lama hilang pergi kini kembali

denting kalbu mengalun pelan
sebarkan alunan nada-nada nurani
tenggelam dalam dentang dawai kerinduan

rembulanpun terlena dan tenggelam dalam haribaan fajar
surya enggan terbit kala waktu telah mencari
dia terdiam dalam lamunan akan kerinduan
bersama aluna dentang dawai kerinduan

inilah dawai surgawi
menelusup dalam nurani
hangatkan sepinya hati
bangkitkan rindu yang lama mati

dewa-dewi kahyangan menari
bersama alunan lokananta
membius hati dan jiwa
pada dia yang merindu dalam hati

biarkan dawai ini terus mengalun
bersama embun fajar yang kian menebal
kusisipkan kerinduan yang mendalam
pada hadirmu duhai adinda..

4 Okt 2012

Sepi Mengamit Rindu


kala malam kian terdiam dalam haribaan fajar
rembulan kian menepi dalam peraduannya
gemintang perlahan menghilang dalam kegenitannya
tinggalkan bentangan mega malam yang menghitam dalam kesepian

semilir angin dingin seakan bekukan diri
terdiam dalam keheningan tiada tepi
terdiam dalam kebisuan akan kerinduan

perlahan belati rindu mengiris sukma
tinggalkan luka yang menganga sisakan pedih abadi

sepi hening dan pedih disini
tersudut dalam pojok rindu yang kian menyudut
perlahan sepi menikam dalam hati

perlahan kian pasti terbenam dalam rindu yang mendalam
bagaikan mendung yang menggelayut dalam mega
maka rinduku tertanam dalam hati yang begitu tenang

diam-diam rindu mengamit sepi
laksana fajar mengamit malam
hanya tinggalkan sebersit kengan
bahwa dia pernah berada

ada nama yang teringat dalam desah nafas
ada rindu yang terkumpul dalam setiap waktu yang berlalu
ada kesepian yang mengintai setiap malam
dan ada pedih yang perlahan gantikan tawa

berapa purnama hilang berlalu
berapa musim berganti anugrahi bumi
namun rindu tiada juga berlalu
tetap terdiam bersemayam dalam hati

diam tersimpan dalam tenang
laksana gemerisik hembusan angin senja menggoda dedaunan
sehangat sinar matari dikala senja menjelang
sehangat itulah rasa rinduku dalam dinginnya kabut kesepian