9 Okt 2011

puisi : SIMSALABIM




Simsalabim..

Inilah nyanyian di pagi hari
Dimna nyanyian klakson memecah pagi
Membahana diantara gedung tinggi pencakar langit
Menggusur kicauan kutilang di awal pagi

Inilah suasana di pagi hari
Dimana kabut putih nan sejuk telah hilang sirna
Terhempas oleh kepulan hitam anak jelaga
Yang lahir dari lubang knalpot mesin tua

Dimanah tinggi dan rimbunya pohon
Simsalabim…
Tumbulah tinggi gedung-gedung metro para borjuis
Dipupuk keringat dan jeritan rakyat

Inilah indonesia saat ini,,
Negera yang hilang warna dan namanya


Cerita pejuang devisa

Disini aku menangis
Disana engkau tertawa

Disini aku disiksa
Disana engkau gembira

Sakitku bahagiamu
Tangisku tawamu

Manis janjimu berbuah pahit
Indah senyummu berbuah perih

Inilah kami pahlawan devisa
Dimana jasa dibayar noda

Inilah kami pasukan devisa
Berbaris paling depan
Tersiksa demi negara

Mak,pak,
Kakak,adek,
Relakan aku pergi
Menyongsong siksa negeri orang
Demi majunya negeri kita

Harapan hanya harapan
Terbang pupus bersama tangis

Perih dan pedih
Saksikan puluhan sodara mati
Kembali ke nagari dalam kungkungan sangkar mati

Halus dan bersih kulitmu
Terlukis indah oleh goresan sayatan dan bakaran

Ouwh ,,,
Pada siapa ku mengadu…
Sedangkan kami hanya budak..

Hilang senyum dan tawaku
Remuk redam raga ini..
Inilah yang harus kami tukar
Demi impian indah esok pagi


Sabarlah Nak,,,!!!!!

Menatapmu buatku menderita
Kau terdiam terpaku bisu
Terpojok dalam harapan yang terantuk sangkar batas
Kuingin kau berlari mengejar mentari,
Tapi kaki itu telah lama tertekuk mati

Mendengarmu menangis
Meratapi mimpi yang hancur
Menyisakan goresan perih dalam hati
Buatku semaki n jauh tenggelam dalam kubangan dosa

Hanya janji yang selalu terucap
Janji yang tak pernah menyentuh mentari
Terperangkap dalam impian semata

Pantaskah aku disebut orang tua
Kugantungkan harapan anakku pada ringanya kapas
Hilang terbang terbakar mentari.

Sabarlah Nak,,,!!
Jika waktu masih tercipta untuk kita
Esok hari kau pasti sekolah..


Orang terbuang

Menatap waktu berganti
Menatap orang berlalu
Menatap diriku di tepi zaman
Terdiam meminta recehan

Aku manusia terbuang
Waktu menggilasku dengan kejam
Zaman mencincangku dengan kasar

aku hanya noda kecil
aku obyek penyalahan
inilah nasib orang terbuang

aku buta pada kebenaran
aku tuli pada kejahatan
benar salah bagi kami tiada arti
setiap hari terusir
dan selalu menyingkir
hingga hilang tanpa arti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar