17 Nov 2012

masihkah ada pagi untukku

untuk para tentara kecil di medan perang


malam ku berlalu dengan bisu
tanpa pelukan maupun ciuman
hanya berselimut ngeri dan ketakutan
akankah esok masih ada pagi

malam selalu mencekam
bersama pekik tangis dan jerit pilu
bersama desingan peluru laksana orkestra kematian
burung besi mengintai tanpa jeda

kini tiada lagi kukenal apa itu senyuman
tiada lagi kurasa apa itu kedamaian
yang ku tau hanya kematian
serta mayat yang tergeletak penuh luka

masih kuingat sekolahku dulu
tempat dimana kutersenyum bersam kawan
bercanda dan merangkai mimpi dewasa
tapi kini semua itu hanya mimpi
sekolahku tak lebih dari debu jalanan
bersama mimpiku yang tenggelam dalam balutan desing peluru

kucoba mengingat wajah temanku
dimana dulu kita bermain di pekarangan belakang
bertukar tawa dan bergumul dalam mimpi
namun, yang teringat hanyalah mayatnya yang tergelak bersama 3 butir peluru dalam dada

haruskah kami mati
menjadi korban dalam perang yang buta ini
kami tiada tau alasan perang ini
yang kami tau hanya bermain dan belajar
beserta tawa dan senyuman

kini bukan buku yang kugenggam dalam tangan
namun senjata berat perampas nyawa
berjuta jerit kematian menyeruak dari moncong senjata ini
buatku terdiam dalam ngeri kematian

aku ini masih kecil
ingin bermain dan tertawa
bukan berperang dan mencabut nyawa

kini aku dalam malam tiada aku sanggup bermimpi
mimpiku hanya berujung pada mati
kini dalam malam aku hanya terdiam dan mendoa
semoga masih ada pagi yang menantiku esok hari

1 komentar: