12 Sep 2012

Penyesalanku padamu Juwita.

laksana panah patah hilang tanpa arah
tergeletak terluka dalam balutan duka
hanya terdiam menanti lapuk termakan usia
tanpa tau kapan sukma akan tinggalkan raga

kupandang langit senja suram
membayang sebuah tangis yang dulu pernah kutingal
jauh sembunyi dibalik gunung dan hamparan sawah
ada senyum dan rindu yang kutinggal
kini raga tak ubahnya kepompong kosong
dimana sukma dan rindu telah lama hilang
tingalkan aku dalam kesendirian

apalah arti kupunya raga ini
apalah guna ada waktu yang berputar
jika tiada lagi kapalku mampu berlayar jauh
dimana tempat berlabuh tiada lagi kudapat
hanya padang gersang dan kali kering yang tersisa

lama hanya berjalan tanpa tujuan
habiskan waktu sisa hidup menua
terbayang sesal yang dulu pernah kurasa
masih sakit menghujam dada

kupanggil dirimu juwita
bersama senyman bibir merah
kutunggu dirimu di tikungan gang rumah
bertemu dan menjalin sebuah cerita kasih

tiada sanggup aku jauh menerwang cerita itu
hanya getir yang terasa sesak dalam dada

aku ini laksana rama yang tiada sanggup bertemu sinta
hanya membayang dan mencumbu bersama malam
entah apa yang dulu kuperbuat
lepaskan dirimu tinggalkan pelukan

aku kini hanya sendiri berteman sesal
terkungkung dalam lamunan
sering aku tersenyum dalam kesendirian
membayang tawa dan senyumu

tiadakah kau tau juwita
harum parfummu masih tercium dalam semilir angin senja
semakin buatku terduduk sedih sesali diri
lembut belaimu masih teringat dalam setiap jengkal raga ini
semua itu yang bisa ku ingat darimu juwita

angin senja kian dingin menusuk raga
getarkan tulang bekukan sukma
perlahan kusapu bayangmu di awan senja
bersama senyuman bibir merahmu

3 komentar: