27 Sep 2012

ketika budaya negeri menjadi anak tiri...





Adakah di antara kalian yang mengenali dua contoh gambar di atas ?.. saya yakin para pembaca akan langsung mengenali dari mana asal kedua contoh gambar diatas. ya mereka adalah para idola anak muda sekarang. Idola yang sangat mempengaruhi gaya hidup dan orientasi dalam berpakaian serta berpikir. jika ada sebuah survey tentang idola yang snagat dikagumi oleh anak muda sekarang, maka jawaban mereka tidak akan jauh-jauh dari dua contoh gambar di atas. banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong merubah kiblat jiwa musik mereka, banyak juga yang "kedanan" dengan kebudayaan yang mereka miliki. seakan-akan kalo g mengerti tentang berita dan kebudayaan mereka maka kalian kurang gaul istilahnya. yah inilah anak muda indonesia jaman sekarang..


  Ijinkan saya untuk tertawa sebentar.

Saya tertawa bukan karena senang, namun saya tertawa ada sedikit perasaan miris. miris karena saya kian merasa dan semoga perasaan saya ini salah. saya hanya merasa bahwa bukan tidak mungkin suatu saat kita sendiri akan kehilangan dan tidak mengenali budaya kita sendiri. banyak anggapan bahwa budaya kita itu budaya usang yang ketinggalan jaman, sebuah budaya yang ribet dengan segala tetek bengek aturan kedaerahan. tidak pantas dan tidak enak untuk ditontn. budaya yang kurang meriah. budaya yang tidak dapat mengikuti hasrat dan kemajuan anak muda jaman sekarang. semua hal tersebut saya benarkan. budaya kita memang sebuah budaya tua, sebuah budaya yang memeliki keteraturan, sebuah budaya yang memerlukan keheningan dan kemantapan hati dalam menikmatinya. namun ini budaya kita sendiri, budaya yang suatu saat pasti akan bersinggungan dengan kehidupan kita. kenapa harus banyak alasan ini itu untuk mempelajari budaya kita sendiri. sedangkan untuk belajar budaya orang mereka tak mengenal bahsa ini itu. bahkan mungkin mereka akan lebih paham budaya orang daripada budaya sendiri.

Sebuah kenyataan yang mungkin sangat miris dan sangat menyedihkan ketika kita harus mengakui bahwa perhatian pada kebudayaan kita sendiri sangat kurang. sekali lagi ini hanya rabaan dan pemikiran saya semoga tidak benar. mungkin perhatian total dari rakyat indonesia kepada kebudayaan sendiri adalah saat budaya kita diklaim oleh negara lain. saya berani taruhan bahwa saat itu kita sangat menggebu-gebu dalam mempertahankan kebudayaan kita. kita tunjukan kepedulian kita dengan berbagai cara. namun ketika semua itu selesai, maka selesai juga lah kepedulian kita pada budaya negeri ini dan kita kembali melongok pada budaya asing. mana semangat yang ada itu, bua pertahankan kebudayaan kita. terkadang saya berharap makin sering ada klaim dari negeri asing tentang budaya kita, agar perhatian pada kebudayaan itu selalu ada.

Jujur saja entah kenapa saya merasa bahwa sebenarnya budaya dan tarian kita itu jauh lebih pantas untuk ditonton daripada kebudayaan luar yang notabene belum tentu pas dengan adat yang kita miliki. namun namanya juga anak muda. mereka pasti akan mengeluarkan berbagai alasan untuk tetap berada pada pendirian mereka. terkadang saya bertanya sendiri apasih yang sebenanya kalian cari dari budaya luar itu. apakah memperdalam budaya sendiri itu merupakan sebuah kenistaan bagi kalian. atau barangkali kalian merasa bahwa budaya kita ini tidak pantas untuk dipelajari. saya yakin saat ini telah muncul sebuah ketautan yang sangat besar yang menjangkiti para budayawan negeri. bagaimana tidak merasa takut jika penerus kebudayaan yang notabene adalah para pemuda ternyata lebih suka memepelajari budaya asing. bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat ketakutan itu akan menjadi sebuah hal yanga nyata. akankah datang sebuah masa ketika perlahan kita melepas dan kehilangan budaya sebagai identitas negeri. sehingga kita akan menjadi sebuah bangsa peniru budaya tanpa identitas asli.

Saya sendiri pernah menonton beberapa pagelaran budaya diantaranya Tari Kecak, Sendratari Ramayana di Prambanan, dan pertunjukan lenong, wayang kulit, wayang orang, pagelaran tari jawa. dari semua pagelaran tersebut ada sebuah kesamaan yang sangat menonjol. kesamaan itu adalah antusiasme kaum kuda sangat minim, bahkan beberapa pagelaran malam saya banyak menemukan turis asing yang mengisi bangku-bangu kosong, dan mungkin hanya sekelumit saja bisa ditemukan orang pribumi menonton acara tersebut. mari kita bandingkan dengan konser-konser penyanyi luar yang sangat heboh,, beuhhh,, antriannya sangat panjang, panggung enuh sesak, rela mengantri berjam-jam demi sebuah tiket. kemudian kita bandingkan dengan pentas budaya negeri. penonton sedikit, antusiasme anak muda sangat minim, malah dipenuhi oleh turis asing. miris sekali bukan, ketika budaya negeri sendiri dianak tirikan oleh penduduk pribumi.

"sebuah antrian pada salah satu konser boyband"

bandingkan

"penonton sendratari ramayan"

Mari coba kita ubah keadaan dengan hanya sebatas MEMBAYANGKAN sejenak. bayangkan jika para anak muda sangat antusias menikmati pagelaran budaya daerah. mereka rela mengantri berjam-jam, untuk mendapatkan tiket masuk. alangkah enak dan indah ketika dipandang. para pemain pagelaran itupun pasti akan sngat bahagia dan semakin semangat. karena meraka merasa diperhatikan, karena merasa bangga ternyata budaya negeri masih bisa diturunkan kepada generasi muda untuk dilanjutkan kembali. namun seperti yang saya bilang tadi itu semua hanyalah sebatas bayangan. karena sejatinya, dapat anda lihat sendiri bagaimana keadaan kebudayaan kita. pelaku budaya sekarang adalah para generasi tua, generasi yang sudah saatnya untuk menurunkan ilmunya kepada para pemuda. namun jika keadaan seperti ini terus berlangsung maka bukan tidak mungkin ilmu para pelaku budaya tersebut akan hilang dengan sendirinya karena terlupakan.

Jika kalian bertanya kepada diri saya sendiri, apakah aku sudah berusaha mempertahankan kebudayaanmu. maka pertanyaan itu akan saya jawab dengan kata belum, saya belum bisa seratus persen mendedikasikan diri saya untuk melestarikan budaya saya sendiri. saat yang saya bisa hanyalah tetap menjaga spirit kedaerahan yang saya miliki. tetap menjaga setiap nasihat dan ajran yang berhubungan dengan daerah saya. tetap menjaga jiwa daerah saya agar tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh budaya asing. saya bukan sok suci atau sok benar disini, saya tak mempersalahkan budaya-budaya asing itu. yang saya persalahkan dan permasalahkan disini adalah spirit daerah para pemuda yang luntur dan mulai hilang dalam mempelajari dan menjaga budaya kedaerahan.

Saya pribadi sangat mengapresiasi para pemuda yang mau dan masih peduli pada budaya daerah yang mereka miliki. spirit seperti ini yang pantas dan harus dijaga bahkan mungkin dilestarikan. dengan keberadaan semangat seperti ini, maka setidaknya masih ada harapan untuk kelestarian budaya kita. harus ada sebuah metode yang bisa menularkan semangat seperti ini kepada pemuda-pemuda yang lain agar mereka juga tertular semangat pelestarian budaya negeri ini. 

Banyak alasan yang akan kita temukan ketika kita bertanya kepada para pemuda , kenapa kok mereka tidak belajar kebudayaan lokal dan malam belajar budaya asing. mereka akan menjawab yang inilah itulah, kemudian pemerintah akan disangkut pautkan dengan hal ini. saya perjelas bahwa, percuma saja pemerintah ikut campur tangan dalam pelestarian budaya ini. Pemerintah disni hanya bersifat sebagai pelindung bukan pelaku. kalian lah para pemuda yang seharusnya menjadi pelaku, tidak perlu lah alasan ini itu. kalo kalian mau mempelajari dan menjaga kebudayaan lokal, maka pemerintah juga akan mengikuti dan menjaga kebudayaan itu. sekarang jika pemerintah menjaga kebudayaan itu, namun penerusnya saja ogah-ogahan untuk belajar budaya lokal ya sama saja tidak ada artinya, ujung-ujungnya nanti budaya itu juga akan bisa hilang dengan sendirinya.



"beberapa contoh sendratari ramayana"

Sekali lagi disini saya mengajak para pembaca untuk mempersiapkan hati dan jiwa. jika pada suatu saat nanti akan ada perkabungan besar-besaran ketika perlahan budaya yang kita miliki hilang dan lenyap. jika suatu saat nanti tarian-tarian yang berasal dari dongeng akan kembali menjadi hanya dongeng bahwa tarian itu dan budaya itu pernah kita miliki. saya bukan pesimis, juga bukan orang yang berharap semua itu terjadi. saya hanya melihat keadaan sekarang dan kenyataan yang ada.







pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar