5 Mar 2013

Kebebasan : Nyata atau Ilusi ?


tulisan ini aku mulai tepat pukul 01:07 WIB, jam segini saya masih terjaga. masih pula ditemani segelas kopi dan sebungkus rokok. saya tak tau harus darimana memulai tu;isan untuk malam ini, karena jujur saja sebenarnya tulisan  yang saya tulis ini tak memiliki awalan yang pasti. senua yang akan saya tulis kali ini adalah sebuah penggambaran dari kejenuhan dan apa yang saya pikirkan. jangan salahkan juga jika memang ada typo dalam tulisan malam ini, karena saya masih manusia yang masih bisa salah (alasan klise). sebenrnya sih, mata mulai terasa berat dan mengantuk, tapi terlalu sayang untuk saya lewatkan begitu aja pikiran ini. sebelum tulisan ini saya lanjutkan dan kalian baca lebih lanjut, sebelumnya saya mohon maaf apabila ada yang tersinggung. saya g mengharuskan kalian membaca sampai selesai. kalo kalian sudah merasa tersisinggung bisa kok dihentikan bacanya.


pikiran kita selalu berbeda dengan orang lain, walaupun terkadang kita merasa menemukan orang yang sepaham dengan kita. namun sebenarnya dasar pemikiran kita pasti berbeda. di dunia ini tak ada orang yang memiliki dasar pemikiran yang sama persis. seorang pemuka agama saja terkadang masih memiliki pandangan dan dasar pemikiran yang berbeda dengan pemuka agama lain, meskipun sejatinya mereka berasal dari agama yang sama. pikiran adalah sebuah bentuk yang tak pasti menurut saya, pemikiran akan selalu berubah-ubah dandipengaruhi oleh banyak faktor, mungkin bisa dari faktor lingkungan atau bahkan faktor perasaan. orang yang sama-sama akan berangkat ke tempat ibadah mereka pasti memiliki dasar pemikiran yang berbeda pula, meskipun berujung pada satu tujuan yaitu beribadah pada tuhan.

banyak orang yang terkadang merasa terkucilkan atau merasa tersingkirkan dari suatu kelompok ketika orang it memiliki dasar pemikiran yang beda. salah satu budaya pemikiran sederhana dari orang-orang negara tercinta ini adalah, ketika kau menunjukan sikap dan pemikiran yang beda dari suatu kelompok maka kau akan langsung di anggap menyimpang dan berujung pada pengucilan. pemaksaan kehendak untuk memiliki pemikiran yang sama dengan suatu kelompok itu menurut saya adalah suatu bentuk kriminalias juga. saya enyebutnya kriminalitas karena itu sudah melanggar hak asasi kita sebagai manusia, untuk memiliki kebebsan berpikir. namun banyak orang juga yang ahirnya mengorbankan kebebasannya berpikir agar dapat diterima di suatu kelompok tertentu. pengrobanan semacam itu bukanlah suatu hal yang mudah lho, banyak proses yang kita alami sebelum kita memutuskan untuk melepas semua atribut kebebasan berikir kita. namun terkadang semua itu belum cukup. meskipun kita telah melepaskan atribut kebebsan berpikir, terkadang kita juga dminta untuk melepas kebebasan berbicara. ketika semua kebebasan itu telah kita, apa yang kita dapat ? apakah hanya sebuah pengakuan atau kepuasan ?. silahkan jawab sendiri-sendiri bagi yang pernah merasakannya.

waktu orde baru dulu kita pernah mendengar pembredelan media masa. dimana semua media masa seakan di atur dan dibatasi dalam pemuatan beritannya. semua sendi-sendi pemberitaan seperti di kurung dan dikekang, siapa yang yang tak menurut akan dihilangkan. itu merupakan suatu bentuk pembatasan dalam pemikiran kita. saat semua itu dirasa belum cukup kita mengenal pula istilah "petrus dan matius" sebuah kejadian yang sangat terkenal pada saat itu. kejadian itu juga merupakan suatu bentuk pembatasan terhadap tindakan dan kebebasan kita untuk berbicara. semua yang keluar dari mulut kita serasa ditekan dan di atur secara otomatis paksaan. mau g mau, suka atau tidak ya ini yang harus kamu ucapkan dan pikirkan serta tuliskan, jangan sampai melanggar dari batas yang telah kita tentukan. 

membahas kebebasan bukanlah hal yang mudah, tak cukup sehari atau dua hari. bisa saja kebasan dan pembatasan yang saya bahas sekarang ternyata beda dengan orang lain. bisa saja kebebasan yang saya bawa ini ternnyata telah di anggap mengancam bagi kelompok tertentu atau paham tertentu. bisa saja kebebasan yang saya anut ini ternyata di anggap menyimpang dari agama yang saya anut sekarang. namun semua itu boleh-boeh saja, tergantng hal mana yang akan kita pilih. apakah kita akan memilih untuk mengikuti paha dan pemikiran orang lain atau kita tetap pada dasar pemikiran kebebasan kita. kebebasan bukan berarti tak terbatas dalam kamus saya dan pandangan saya. kebebasan yang saya anut juga sebuah kebebasan yang terbatasi, kebasan itu terbatasi oleh sebuah tanggung jawab. ketika kebebasan saya ini tak terbatasi oleh sebuah tangung jawab, maka kebebasan itu akan menjadi sebuah kebebasan yang salah jalan.

sejak kecil sebenarnya kita tak memiliki kebebsan. pemikirin saya pribdi mengatakan bahwa kebebsan kita mulai terenggut saat kita mulai memeluk agama. mau  tidak mau, suka atau tidak, kita harus mengikuti agama yang telah di anut oleh orang tua kita. begitu juga pola pikir kita, perlahan orang tua akan menanamkan pemikiran yang sesua dengan apa yang mereka pikirkan pada kita, dan maaf celakanya banyak pula anak-anak yang masih terbawa dengan poa pikir orang tua mereka sampai mereka beranjak dewasa saat ini. kemudian siklus ini akan berulang dan terus berulang. bukan tidak mungkin saya pun nanti akan menjadi orang tua seperti itu, karena kita juga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pelaku sekaligus korban dalm siklus itu.

kebebsan yang kita pegang saat ini bukanlah sebuah kebebasan yang sejati. kebebsan ini bukanlah sebuah kebebasan yang murni, karena masih tercampur dengan paham dan pemikiran orang lain. kita masih sering menggunakan pemikiran dan cara pandang orang lain untuk menguatkan pondasi kebebasan yang akan kita anut. kebesan yang ada saat ini adalah suatu bentuk kerinduan kita pada kebebasan sejati. yah, saya lebih suka menyebutnya dengan kerinduan. kita selalu rindu untuk menemukan dimana letak kebebasan itu sebenarnya, dan salah satu caranya adalah dengan membentuk pola kebebasan yang kita miliki ini. karena kita percaya dan yakin bahwa kebebasan yang kta miliki sekarang ini akan menuntun kita pada kebebasan sejati yang selalu kita idam-idamkan. 

diawal tulisan tadi saya telah mengatakan bahwa kalian semua bebas untuk melanjutkan membaca tulisan ini sampai akhir atau tidak, dan kalian juga bebas untuk mendukung atau menolak. tap yan saya tekankan disini adalah sebenarnya saya juga tak memiliki kemampuan untuk menjelaskan kebebasan itu seperti apa. semua ini hanyalah bentuk kebebasan pemikiran yang sejenak tadi melintas dalam benak saya. bagi yang membaca tulisan ini sampai selasi saya ucapkan terima kasih, bagi yang terhenti di tengah-tengah karena merasa tak sepaham juga saya ucapkan terima kasih. karena saya juga tak punya hak untuk marah dan memaksa anda untuk sepaham dan menyelesaikan membaca tulisannya saya  sampai akhir. semua itu terantung dengan hasrat kalian sendiri.

sekarang kebebasan saya pun perlahan mulai terenggut dan terbatas. rasa kantuk saya ternyata telah menjadi batas saya untuk malam ini. jadi cukup sekian saja, tulisan saya pada malam hari ini, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar