20 Sep 2011

HUTAN DAN KEMAJUAN INDUSTRI


Saat ini kita sangat sulit menemukan keseimbangan antara manusia dengan alam. Kita telah kehilangan banyak sendi-sendi budaya yang berakar teguh pada hubungan yang seimbang antara manusia dengan alam. Tanpa kita sadari setiap hari kita telah merusak dan menyakiti alam ini walaupun itu dengan hal yang sangat kecil, semisal membuang sampah yang tidak pada tempatnya. Mari kita ambil sebuah contoh yang sangat jelas dan berada di sekitar kita. Perilaku membuang sampah pada sungai merupakan contoh kecil yang bisa berakibat langsung terhadap kehidupan kita. Menumpuknya sampah pada bantaran sungai merupakan suatu bentuk pendzoliman kita terhadap alam ini.
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan perlunya menjaga lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Kesadaran ini mulai  berkurang ketika kita memasuki awal abad ke-19 dengan adanya revolusi industri di berbagai negara. Banyak negara yang berlomba berinovasi dalam menciptakan teknologi baru yang dapat membantu kehidupan manusia. Namun, kebanyakan negara-negara tersebut masih bergantung kepada Sumber Daya Alam.  Sedangkan, alam tak akan selamanya memberikan bahan baku. Banyak ekosistem alam yang menjadi korban dalam kemajuan industri ini. Jika kita lihat maka ekosistem yang paling sering menjadi korban adalah ekosistem hutan.
Pengelolaan yang semula dilakukan oleh alam, sekarang banyak di ambil alih oleh manusia, sementara manusia sendiri belum mampu menemukan mekanisme buatan yang sangat tepat untuk mengembalikannya ke proses dan sistem ekologi yang asal. Hal ini sering menjadikan ekosistem tidak seimbang. Keadaan lingkungan menjadi kritis dan dan merugikan baik secara fisik maupun organik, sebagai akibat dari mekanisme buatan manusia itu sendiri. Ekosistem tidak selalu dalam keadaan stabil, adakalanya terjadi intervensi yang menyebabkan ekosistem bergeser ke suatu arah walaupun pada akhirnya akan bergeser kembali ke arah yang berlawanan. Sebagai contoh, terjadinya kebakaran, banjir, longsor, dan kekeringan akan menimbulkan goncangan. Akan tetapi keadaan ini akan segera pulih kembali sejauh goncangan tersebut tidak melampui batas toleransi.
Hutan sendiri merupakan suatu ekosistem natural yang telah mencapai keseimbangan klimaks dan merupakan komunitas tetumbuhan paling besar yang berkemapuan untuk pulih kembali dari perubahan-perubahan yang dideritanya, sejauh hal tersebut tidak melampui batas-batas yang dapat ditolerir (Arief,1994). Banyak sekali kegiatan eksploitasi pada hutan yang melampui batas toleransi. Pelanggaran batas toleransi ini sangat berakibat besar terhadap kondisi hutan. Proses pencapain klimaks yang terjadi pada kawasan hutan tidak berlangsung secara singkat, pencapaian klimaks yang stabil ini membutuhkan kurun waktu yang cukup lama. Adakalnya dalam beberapa kasus hutan kehilangan kemampuannya untuk kembali meregenerasi ekosistemnya kembali seperti semula, alhasil hanya semak belukar yang tumbuh menggantikan tegakan pepohonan.
Banyak dampak negatif yang terjadi bersamaan dengan perusakan hutan tanpa etika yang baik seperti dikatan oleh ahli ( Gradwohl dan Greenberg, 1991), seperti :
-        Punahnya masyarakat dan kebudayaan yang cara hidupnya bergantung pada hutan. Hal ini bersamaan dengan punahnya pengetahuan mereka,
-        Bertambahnya lahan kritis dan desertifikasi di kawasan tropis yang kering
-        Menurunya curah hujan dalam regional, yang memperburuk desertifikasi,
-        Meningkatnya suhu global sebagai akibat dari meningkatnya kadar karbondi atmosfer yang menyebabkan meningginya permukaan air laut,
-        Punahnya sejumlah besar spesies tumbuhan dan hewan, termasuk hilangnya spesies margasatwa serta tumbuhan pangan dan obat yang mempunyai potensi penting,
-        Merosotnya jumlah populasi burung daerah beriklim sedang yang bermigrasi ke daerah tropik,
-        Meningkatnya pembukaan dan erosi tanah,
-        Hilangnya potensi listrik tenaga air,
-        Merosotnya daur kemiskinan di daerah pedesaan.
Kita harus mulai menekan dampak negatif dari kemajuan industri pada sektor kehutanan dan meningkatkan kembali dampak positif. Kita harus terus mengembangkan landasan wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Arifin, 1994. HUTAN, Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia.

Gradwohl, J. dan Greenberg, R. 1991. Menyelamatkan Hutan Tropika. (Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari Saving The Tropical Forest). Yayasan Obor Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar