Untukmu Manis
Entah
sudah berapa hari terlewati sejak terakhir kali aku tulis surat untukmu. Aku
tengah sibuk dengan beberapa kesibukan dunia yang sedikit mengalihkan
perhatianku padamu. Namun, bukan berarti aku tak memikirkan dirimu. Aku selalu
mencoba membayangkan parasmu dalam benak ku. Sering kali aku hanya duduk
terdiam, sembari membayang kan parasmu, atau hanya sekedar menangkap riang
tawamu dalam telingaku. Sejujurnya aku sekarang sedang kebingungan hendak
berkata apa padamu. Bukan karena aku tak memiliki sebuah kata pun dalam pikiran
ku, Namun aku hanya bingung, bagamana harus merangkai setiap kata-kata itu untuk
kemudian aku berikan padamu.
Manis,
ini adalah hari ketiga yang terlewati sejak aku menulis paragraph pertama dari
surat ini. Selama itu aku mencoba untuk menunggu dan sealu mencoba untuk merangai
kata untuk dirimu. Ternyata terlalu banyak kata yang tak sanggup aku ucapkan
padamu. Aku serasa kembali menjadi seperti anak kecil yang hanya terdiam saat
ia melihat sesuatu yang benar-benar memukau. Seperti itulah keadaan ku saat ni
berada d hadapan mu. Meskipun aku bilang berada di hadapanmu, namun
kenyataannya aku tak benar-benar berada di depanmu. Jikalau pun aku benar-benar
berada dihadapanmu maka aku akan benar-benar terdiam.
Aku
terkadang selalu bertanya pertanyaan yang sama pada diriku sendiri meskipun aku
selalu mencoba untuk menghindari pertanyaan itu. Aku sealu bertanya pada diriku
sendiri apa kah engkau akan benar-benar membaca setiap lembar surat dari ku
ini, atau kau hanya akan membiarkan setiap sratku tergeletak di meja. Apakah
setiap surat ini akan benar-benar sampai padamu ?. Namun, aku seperti
mengeluarkan pertanyaan bodoh pada diriku sendiri. Aku tau bahwa setiap surat
ini akan sampai padamu. Walaupun mungkin tak pernah kau baca namun aku yakin
kamu pasti tau apa isi setiap surat ku. Jika kemudian engkau bertanya darimana
dan bagaimana aku mengirim setiap surat ku padamu, maka saat itu aku akan
mejawab setiap pertanyaanmu padaku. Ini bukan kegilaan, ini adalah sebuah
keyakinan diriku sendiri. Bahwa dimanapun drimu saat ini, maka ketika waktunya
tiba aku akan menemui dirimu untuk memeluk dan berikan kecupan kecil di kening
mu.
Kau
tahu bahwa aku bukan lah orang yang romantis, bahkan sampai sekarang aku tak
pernah tau romantis itu apa. Apakah keromantisan itu sepeti Romeo yang selalu
menunggu Juliet hanya untk berbincang dari jedela kamarnya. Apakah romantis itu
seperti Rama yang sanggup berperang demi Shinta. Aku tak pernah menganggap
semua itu romantis, aku hanya memandang itu sebuah model keromantisan yang
dimimpikan setiap manusia. Manis, bukan kah engkau tau, telah berulang kali aku
katakan padamu bahwa engkau lah keromantisan yang selalu dicari setiap manusia.
Setiap unsur keromantisan telah menyati dalam dirimu, maka untuk apa aku harus
menjadi romantis. Semoga kamu tidak kecawa mendengar semua itu, tapi aku selalu
bisa menjadi apa yang mereka sebut romantis jika aku bersamamu.
Manis,
mungkin surat ku kali ini tak akan panjang dan lebar seperti surat-surat ku
yang terdahulu. Aku mulai merasa nyaman seperti ini, tak perlu aku terlalu
banyak bicara padamu. terlalu banyak kata-kata manis padamu, karena dirimu
sendiri sudah terlalu manis untuk ku. tapi manis dirimu tak akan pernah membuat
gula darah ku naik. hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar