19 Feb 2012

kekangan sangkar


Setiap pagi aku hanya terkurung dalam sangkar, makan pun hanya menunggu suapan dari majikanku. Inilah duniaku yang baru terbatasi oleh jeruji-jeruji bambu yang mengrungku. Aku tak lebih dari dari budak kesenangan majikanku.  Setiap pagi aku hanya menunggu ketika majikanku menjentikan jarinya dan aku  harus berkicau serta mendengar pujian-pujian basi yang sering dia lontarkan di hadapanku setiap pagi. Inilah hidupku yang membosankan aku hanya bisa membayangkan betapa indah dan nikmatnya sebuah kebebasan. Tapi, aku merasa bahwa kebebasan yang aku idamkan itu mulai pergi menjauhi diriku saat ini. Angan-angan kebebasan yang selama ini aku mimipikan hanya menyisakan sebuah cerita usang di balik jeruji bambu.


Terkadang aku merasa iri ketika melihat burung-burung lain yang berterbangan dengan bebasnya, aku juga membenci ketika mereka mengejekku dengan senyuman sinis yang mereka berikan kepadaku. Apakah karena aku hanya terkurung dalam jeruji ini aku telah menjadi sebuah makhluk asing yang tak lagi dianggap sebagai burung. Jikalau itu benar lantas aku ini apa, aku ini apa ?. Yah mereka selalu menganggapku sebagai makhluk asing dan selalu mengejkku dengan kicauan-kicauan mereka. Namun semua itu mulai sirna ketika majikanku mmeberiku seekor teman. Dialah burung betina yang begitu menggoda dan begitu cantik. Aku tak lagi menghiraukan hinaan dan ejekan burung lain karena ada dia disampingku.

Begitu lama waktu yang ku habiskan dengan burung betina ini. Namun semakin lama aku mengenalnya semakin aku tak mengerti dirinya. Dia selalu berbicara tentang nikmatnya hidup dalam sangkar yang selalu diperhatikan dan dimanja. Bagaimana dia mengangaggap bahwa burung diluar itu adalah burung-burung bodoh dan tak tau bagaimana nikmatnya berada dalam sangkar. Dengan perlahan dia mulai memasukkan pemikaran busuknya kedalam pikiran ini. Perlahan aku mulai menjauhinya membiarkan dia menikmati pemikirannya. Dan aku berdiri disni menatap dan merencanakan kebebsan yang aku mimpikan dan aku inginkan. Dan pucaknya pada malam itu ketika burung betina sialan itu mendekatiku dengan berbagai macam rayuan birahi yang dia tujukan padaku. Aku hanya melihtnya dengan rasa iba dan kasihan dialah cnth nyata dari sebuah pemaksaan dan pengekangan.

Semakin lama aku berada di tempat ini aku semakin bosan dan muak. Kurungan ini semakin menekanku dan membuatku terus tergoda untuk meyerah dan kalah. Aku tak mau berakhir nista seprti burung betina jalang itu yang menyerahkan dirinya pada pengekangan ini. Perlahan tapi pasti aku mulai bergerak kembali menggerogoti batang-batang bambu jahanam itu. Batang-batang setan yang selalu membuatku terkekang dan terkurung. Aku har s keluar dari kurungn ini sebelum otak ini mulai terkena sihir mereka. Jikalau nanti aku akan mati ketika aku bebas takjadi masalah buatku karna aku telah bebas dan impianku tercapai.

Hari itupun datang, ketika mentari belum sempat menampakan wajahnya. Jeruji itu berhasil aku patahkan. Akhirnya...akhirnya aku bisa bebas. Aku bisa nikmati keindahan dunia ini..hahahahahaha. Tapi. Kemana aku akan terbang, kemana tujuanku. Kemana perginya burung-burung liar itu pergi. Ah,,,masa bodoh dengan mereka yang penting sekarang aku bebas. Lihatlah burung-burung laknat kini aku telah bebas.

Aku hanya terbang kesana-kemari, nikmati kebebasan ini. Tujuanku terbangku pun tak pernah jelas. Sekarang yang ingin aku lakukan adalah terbang sejauh mungkin dan setinggi mungkin. Inilah yang aku impikan dan aku inginkan. Terbang dan terbang,, sejauh-jaunya, dan bila nanti aku mati maka aku akan mati dengan sebuah kebanggaan..

1 komentar: