28 Des 2012
Tau kah kau mirahku
mungkin kau tak pernah tau
aku selalu memandangmu
mengikti setiap jejak ceritamu
mungkin kau tak pernah tau
diam-diam aku kumpulkan senyumanmu
kujadikan hiasan terindah dalam hatiku
mungkin juga kau tak tau
aku diam-diam memendam cinta untukmu
namun aku terlalu malu untuk mengatakannya padamu
kau begitu indah
berbalut kesempurnaan dalam pandangan
menggetarkan setiap ujung hatiku
namun aku hanya diam, dan kemudian kembali diam
sembari terus memandangmu dari balik tirai waktu
temanku bilang aku harus menghadapimu
ungkapkan semua rasa dalam hati
agar engkau tau
dan aku tak tersiksa selalu
namun bagiku itu tak semudah berkata
aku terlanjur bergetar saat menatap matamu
sukmaku hiang saat kulihat senyumanmu
kau seperti candu bagiku
yang selalu membuatku mampu berimajinasi dalam bayangan cinta untukmu
tau kah kau hai mirahku
aku selalu bermain dengan senyumanmu
tergoda dalam manja kerlingan matamu
namun aku hanya sanggup memandangmu, tanpa sanggu berkata sesuatu
yah, mungkin kau tak tau semua itu
atau aku yang terlalu bodoh untuk tak berkata padamu
mungkin aku yang terlalu takut untuk kehilanganmu
namun aku tak sanggup lagi untuk menahan semua ini
senja ini kan kutemuidirimu
entah apa yang terjadi nanti
kan kukatana isi hati ini padamu
jadi, tunggulah aku senja nanti.
27 Des 2012
seminggu berlalu dalam bisu
seminggu berlalu kau masih diam membisu
kubiarakan sema itu berlalu
kuharap esok hari kau kan berkata suatu
akankah waktu yang berlalu ini berbuah sesuatu
atau hanya perbuatan yang usang dan tak berlaku
aku kembali menunggumu
namun kembali kau masih membisu
tidakkah kau merasa sesuatu dalam hatimu
ketika melihatku selalalu menunggumu
entah berapa purnama telah berlalu
kau masih berkutat dengan kebisuanmu
dan aku masih terdiam menunggu
entah sampek kapan aku kan menunggu
mungkin esok atau lusa terserah waktu dan hatiku
mungkin aku kan pergi
kutinggal kau sendiri
jika kau merasa sepi
datang dan peluklah diri ini
meski semua itu hanya mimpi
tiada mengapa bagiku
asal aku masih bisa tetap bersanding dengamu
26 Des 2012
hariku berlalu bersamamu
terjatuh berdebum menghantam bumi
hilang tenggelam bersama senja menguntit malam
lenyap perlahan tersapu hujan kemalaman
rintik hujan tiada lagi menyapa bumi
hilang ia tersapu angin, tersangkut dalam kisi-kisi cemara pagi
perlahan semilir angin memukul ranting-ranting cemara
terjatuh ia, namun kembali angin menyeretnya dalam senja yang perlahan kelam
deras hujan berlahan mengalir basahi jendela
namun ia tertahan pada raga terluka
terkapar meregang sukma
dan kemudian hilang entah kemana
kulihat dia tersenyum dari balik rembulan
melambai-lambai menggoda dari balik arak-arakan awan
tersenyum ia kemudian menghilang
malam tak lagi seperti malam
senja tiada lagi mengewalai malam
dan fajar tiada lagi pertanda akan datang pagi
rembulanku terukir dalam matamu
mentariku tenggelam dalam senyumanmu
suryaku bangkit dalam derai tawamu
kasih.
namun kau hanya sebatas impian
yang tersangkut dalam jaring-jaring malam
kemudian hilang ketika pagi tiba
dan tebarkan rindu saat senja menyapa
hilang tenggelam bersama senja menguntit malam
lenyap perlahan tersapu hujan kemalaman
rintik hujan tiada lagi menyapa bumi
hilang ia tersapu angin, tersangkut dalam kisi-kisi cemara pagi
perlahan semilir angin memukul ranting-ranting cemara
terjatuh ia, namun kembali angin menyeretnya dalam senja yang perlahan kelam
deras hujan berlahan mengalir basahi jendela
namun ia tertahan pada raga terluka
terkapar meregang sukma
dan kemudian hilang entah kemana
kulihat dia tersenyum dari balik rembulan
melambai-lambai menggoda dari balik arak-arakan awan
tersenyum ia kemudian menghilang
malam tak lagi seperti malam
senja tiada lagi mengewalai malam
dan fajar tiada lagi pertanda akan datang pagi
rembulanku terukir dalam matamu
mentariku tenggelam dalam senyumanmu
suryaku bangkit dalam derai tawamu
kasih.
namun kau hanya sebatas impian
yang tersangkut dalam jaring-jaring malam
kemudian hilang ketika pagi tiba
dan tebarkan rindu saat senja menyapa
25 Des 2012
adakah Tuhan dalam perut kosong anak jalanan ?
malam terlalu lambat berlalu
mungkin karena rembulan yang sedang bercumbu
atau mentari yang sedang mengadu nafsu, dengan embun pagi buta
entahlah bagiku semuanya tiada beda
malam ku masih bersama kepungan rokok di meja
diam-diam aku membayang,
jika tuhan hadir bersama diriku
nikmati malam sembari berbincang
kulihat dari jendela yang berlubang
rembulan masih terpajang di langit malam
sembari tersipu di balik arak-arakan mega kelam
aku kembali terdiam
larut dalam setiap angan-angan
akan tuhan yang sering mereka tanyakan
tuhan, kau larang aku untuk menyimpan ragu
namun kau tinggalkan nafsu dalam hatiku
maka jangan tuntut aku jika perlahan aku meragu
tentang dimana dirimu berada,
selalu kupanjat doa, beriring malam dan bersanding siang
dalam desah nafas, dan degupan jantung
kutasbihkan namamu tanpa ragu
maka biarkan kini aku bertanya
"Tuhan, dimanakah dirimu berada ?"
meraka bilang kau di surga,
duduk dalam singgasana kesucian
namun, benarhkah itu tuhan ?
atau itu hanya sebah ilusi anak manusia
Tuhan !
aku bukan berkhianat padamu !
aku bukan membencimu !
aku hanya bertanya padamu !
dimana dirimu berada, tuhan ?!
Mereka bilanng kau terdiam dalam masjid, dan gereja
mereka berkata kau bersemayan dalam setiap pura, dan candi
menyusup dalam wangi dupa di klenteng dan kuil
dan kini aku bertanya tuhan ?!
benarkah semua itu ?!
Jika semua itu benar, tuhan !
akan aku kirim anak-anak di kolong jembatan untuk menemui
ku biarkan mereka menangis dan meminta padamu
ku suruh mereka mengais setiap kebahagian yang tercecer darimu
kuminta mereka untuk tetap tersenyum di depanmu,
meski gejolak perut menahan lapar semakin menjadi-jadi
Tuhan, apakah kau juga berada dalam hati anak-anak ini ?
apakah kau juga bersemayam dalam setiap senyuman dan tawa mereka, tuhan !
ataukah kau biarkan mereka terlindas lingkaran waktu.
ataukah kau tinggalkan mereka tuhan ?
Tuhan, rokok ku perlahan habis terkepung waktu
semua hilang berkebul menjadi asap, hilang tersapu angin
maka, lihatlah mereka tuhan.
tawa dan senyum perlahan menghilang.
terganti oleh tangis dan suara sumbang meminta,
"Tolong, kasihani kami, kami belum makan dari pagi"
sebelum rokok ku habis dalam hisapan,
sebelum malam terlanjura menjadi pagi
sebelum perut kosong anak-anak itu mengundang mati
maka aku bertanya unuk terakhir kali padamu
"Tuhan, dimanakah dirimu berada ?"
21 Des 2012
Ketika Agama memisahkan cinta
1.
sore itu kita duduk berdua
terdiam berbincang dalam temaram senja
berteman capuchino hangat buatan mbok ira
kita berdua tenggelam dalam derai tawa
tanpa ada rasa duka dalam dada
setahun berlalu sejak kita bersama
kutemui kau di gerbang universitas saat senja pula
kau terdiam menanti angkot yang tak kunjung tiba
kusapa kau kutawari boncengan dengan motor butut entah tahun berapa
dari situ kita mulai sering bersua
berbincang berdua dan tertawa bersama
dari situ kutau namamu Tara
kemudian aku teringat akan dewi anak bathara indra
kau memang cantik dan menggoda
dalam senyuman dan tutur kata
hingga aku perlahan merasakan cinta
Kuberanikan diri berbincang denganmu waktu itu
kupegang tanganmu dan kau hanya tersipu malu
kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta padamu
kembali kau tersipu, dan tersenyum malu
namun berlahan kau mengangguk pelan
bahwa kau menerima cintaku.
kita perlahan tersadar
bahwa waktu berjalan begitu lambat tenang
kala kita berjalan berdua
padahal semua itu tiada beda dengan hari biasa
mungkin kita berdua telah terjatuh dan terikat
tenggelam dalam binar-binar asmara
2.
5 februari 2011
senja itu aku perlahan mengetuk pintu rumahmu
telah kukata padamu waktu itu
bahwa sore ini aku datang untuk melamarmu
kulihat kedua orang tuamu telah duduk manis menunggu
entah kenapa kemudian bergetar rasa hatiku
perlahan kutata nafasku
dengan semangat yang tersiar dari matamu
kukatakan maksut hatiku
bahwa aku ingin meminangmu
kembali orang tua mu terdiam membisu
berjuta tanya menghujam dalam hatiku
kulihat sebersit senyuman terukir di wajah ibumu
samar namun pasti melegakan jiwaku
perlahan ayahmu bertanya padaku
"Apa agamamu nak ?"
laksana sejuta petir menyabar bersama
aku terdiam membeku
kutatap wajahmu, yang perlahan pucat pasi
perlahan dengan gemetar kujawab, pertanyaan bapakmu
"agama saya Ra,Ra,Ra"
kemudian suasana berubah hening
hanya suara jam yang terdengar mengisi ruangan itu
bapakmu terlonjak berdiri
diangakat kepalan tangannya
penuh amarah tergambar dalam raut wajahnya
"pergi, pergi, kau dari rumahku, jangan berharap ku nikahkan dengan anakku !"
"dasar agama laknat, pergi kau !"
aku berdiri terdiam
berjalan lesu menyeret kaki, dan menarik hati
kulihat kau menangis pilu, terdiam dalam dekapan ibumu
ingin ku peluk dirimu sebelum aku berlalu
namun ayahmu mengumbar nafsu dan mendorongku berlalu
kutatap rumahmu, kemudian aku berlalu
3.
seminggu telah berlalu
namun masih tiada kudapat kabar darimu
kutannya temanmu namun mereka juga mencari dimana dirimu
kupergi kekantin tempat kita bertemu
berharap kau sedang duduk disitu dan terdiam menantiku
namun hanya kuhampaan yang kudapat
kembali tiada kutemui dirimu
senja tiada lagi indah bagiku
semuanya hanya hambar dan pilu
hingga malam kembali tiba
tiada kudapati dimana kau berada
kusulam cerita rindu
ku lukis siluet senyumanmu dalam hatiku
ku satukan serpihan tawa mu dalam ingatanku
dan kusimpan dalam hati yang selalu menunggu
jam berdetang pelan
kulihat sebuah pesan terdampar dalam ponselku
kau menunggu ingin bertemu
menantiku di jalan ujung rumahmu
beranjak aku mengejar waktu
tak akan kubiarkan kau lama menunggu
berharap ada restu dari orang tuamu
kulihat kau terdiam membisu
kuhapiri dan kusapa dirimu
lebam hiasi matamu
tanpa senyuman kau berkata
"Aku akan pindah kuliah ke surabaya"
"kata bapakku ini yang terbaik bagiku"
aku kembali terdiam membisu
tak dapat aku berkata waktu itu
kau terdiam dan kemudian pergi
samar kudengar kau menagis dalam hilangmu
4.
23 mei 2011
tiga bulan telah berlalu
kudengar kabar hari ini kepergianmu
ingin kutemui dirimu
sekedar melepas rindu
kupergi kerumahmu
namun tida kutemui seorangpun
hanya ayam jantan yang berkoko berlalu
kurasa kau telah pergi pagi tadi
dan aku terlambat ucapkan salam perpisahan untukmu
terdiam aku di teras rumahmu
hingga malam tiba tiada aku beranjak pergi
Tuhan, kenapa ini terjadi ?
agamamu yang berdasarkan cinta
kenapa memisahkan anak manusia yang saling mencinta
haruskah sebuah cinta berbisah demi agama
Tuhan, jangan kau membisu
ini aku yang selalu berdoa padamu, tapi kenapa kau renggut cintaku
terdiam aku dalam malam
bersama air mata yang menggenang di pelupuk mata
berlalu aku entah kemana
hanya singgahi ruang kamar yang kini terasa hampa
terbaring aku menahan tangis
tangisi sebuah cerita cinta yang terpisah karena agama
sore itu kita duduk berdua
terdiam berbincang dalam temaram senja
berteman capuchino hangat buatan mbok ira
kita berdua tenggelam dalam derai tawa
tanpa ada rasa duka dalam dada
setahun berlalu sejak kita bersama
kutemui kau di gerbang universitas saat senja pula
kau terdiam menanti angkot yang tak kunjung tiba
kusapa kau kutawari boncengan dengan motor butut entah tahun berapa
dari situ kita mulai sering bersua
berbincang berdua dan tertawa bersama
dari situ kutau namamu Tara
kemudian aku teringat akan dewi anak bathara indra
kau memang cantik dan menggoda
dalam senyuman dan tutur kata
hingga aku perlahan merasakan cinta
Kuberanikan diri berbincang denganmu waktu itu
kupegang tanganmu dan kau hanya tersipu malu
kukatakan bahwa aku telah jatuh cinta padamu
kembali kau tersipu, dan tersenyum malu
namun berlahan kau mengangguk pelan
bahwa kau menerima cintaku.
kita perlahan tersadar
bahwa waktu berjalan begitu lambat tenang
kala kita berjalan berdua
padahal semua itu tiada beda dengan hari biasa
mungkin kita berdua telah terjatuh dan terikat
tenggelam dalam binar-binar asmara
2.
5 februari 2011
senja itu aku perlahan mengetuk pintu rumahmu
telah kukata padamu waktu itu
bahwa sore ini aku datang untuk melamarmu
kulihat kedua orang tuamu telah duduk manis menunggu
entah kenapa kemudian bergetar rasa hatiku
perlahan kutata nafasku
dengan semangat yang tersiar dari matamu
kukatakan maksut hatiku
bahwa aku ingin meminangmu
kembali orang tua mu terdiam membisu
berjuta tanya menghujam dalam hatiku
kulihat sebersit senyuman terukir di wajah ibumu
samar namun pasti melegakan jiwaku
perlahan ayahmu bertanya padaku
"Apa agamamu nak ?"
laksana sejuta petir menyabar bersama
aku terdiam membeku
kutatap wajahmu, yang perlahan pucat pasi
perlahan dengan gemetar kujawab, pertanyaan bapakmu
"agama saya Ra,Ra,Ra"
kemudian suasana berubah hening
hanya suara jam yang terdengar mengisi ruangan itu
bapakmu terlonjak berdiri
diangakat kepalan tangannya
penuh amarah tergambar dalam raut wajahnya
"pergi, pergi, kau dari rumahku, jangan berharap ku nikahkan dengan anakku !"
"dasar agama laknat, pergi kau !"
aku berdiri terdiam
berjalan lesu menyeret kaki, dan menarik hati
kulihat kau menangis pilu, terdiam dalam dekapan ibumu
ingin ku peluk dirimu sebelum aku berlalu
namun ayahmu mengumbar nafsu dan mendorongku berlalu
kutatap rumahmu, kemudian aku berlalu
3.
seminggu telah berlalu
namun masih tiada kudapat kabar darimu
kutannya temanmu namun mereka juga mencari dimana dirimu
kupergi kekantin tempat kita bertemu
berharap kau sedang duduk disitu dan terdiam menantiku
namun hanya kuhampaan yang kudapat
kembali tiada kutemui dirimu
senja tiada lagi indah bagiku
semuanya hanya hambar dan pilu
hingga malam kembali tiba
tiada kudapati dimana kau berada
kusulam cerita rindu
ku lukis siluet senyumanmu dalam hatiku
ku satukan serpihan tawa mu dalam ingatanku
dan kusimpan dalam hati yang selalu menunggu
jam berdetang pelan
kulihat sebuah pesan terdampar dalam ponselku
kau menunggu ingin bertemu
menantiku di jalan ujung rumahmu
beranjak aku mengejar waktu
tak akan kubiarkan kau lama menunggu
berharap ada restu dari orang tuamu
kulihat kau terdiam membisu
kuhapiri dan kusapa dirimu
lebam hiasi matamu
tanpa senyuman kau berkata
"Aku akan pindah kuliah ke surabaya"
"kata bapakku ini yang terbaik bagiku"
aku kembali terdiam membisu
tak dapat aku berkata waktu itu
kau terdiam dan kemudian pergi
samar kudengar kau menagis dalam hilangmu
4.
23 mei 2011
tiga bulan telah berlalu
kudengar kabar hari ini kepergianmu
ingin kutemui dirimu
sekedar melepas rindu
kupergi kerumahmu
namun tida kutemui seorangpun
hanya ayam jantan yang berkoko berlalu
kurasa kau telah pergi pagi tadi
dan aku terlambat ucapkan salam perpisahan untukmu
terdiam aku di teras rumahmu
hingga malam tiba tiada aku beranjak pergi
Tuhan, kenapa ini terjadi ?
agamamu yang berdasarkan cinta
kenapa memisahkan anak manusia yang saling mencinta
haruskah sebuah cinta berbisah demi agama
Tuhan, jangan kau membisu
ini aku yang selalu berdoa padamu, tapi kenapa kau renggut cintaku
terdiam aku dalam malam
bersama air mata yang menggenang di pelupuk mata
berlalu aku entah kemana
hanya singgahi ruang kamar yang kini terasa hampa
terbaring aku menahan tangis
tangisi sebuah cerita cinta yang terpisah karena agama
20 Des 2012
Hei Kamu !
hei, kamu !
iya kamu, yang selalu mengusik hatiku
enggan pergi dari benakku
selalu membayang setiap waktu
hei, kamu !
yang telah kutitipkan rindu
kusematkan namamu dalam setiap dinding hatiku
kujadikan kau ratu dalam singgasana cintaku
hei, kamu !
jangan kau berlalu
diamlah sejenak bersamaku
bersama kita nikmati senja yang sendu
sebelum hilang dan berlalu
hei kamu, !
yang telah mencuri hatiku
dengan senyuman manismu
dan tutur katamu yang lembut nan syahdu
hai kamu !
bolehkah aku menyapamu setiap waktu
bersama sejuta rindu yang telah menunggu
jangan kau berlalu
karena waktu terasa berhenti didekatmu.
hei kamu !
yang telah mencuri setiap aksara cintaku
kau pindahkan kedalam rontal-rontal hatimu
kini aku terdiam membisu
membacai setiap ayat-ayat cintamu
19 Des 2012
Senja sendu, berakhir pilu
fajar ku terlalu telat untuk tiba
sehingga malam berkuasa terlalu lama
dan senja hanya sebatas angan belaka
entah sejak kapan semua itu hanya ilusi semata
mendung terlihat berkabar sapa
namun tentang siapa
sedang senja yang kunanti tiada tiba
belum sempat kunikmati indah senja dia berlalu
hilang tertelan waktu
dan tiada kembali padaku
entah mengapa ada yang kurindu
pada setiap waktu yang berlalu
tentang senja yang dulu selalu ada untukku
kini hanya sebatas angan lalu
kini waktu berjalan lambat bagiku
angan ku tercecer dalam serpihan sendu
terbawa hilang oleh hujan sore itu
masihkah kau ingat saat aku berdiri membisu
menunggumu datang dari waktu itu
bersama rintikan hujan dan mendung durjana
aku menantimu datang dan hangatkan sukma
sudahlah, masihkah layak aku mengingatmu
sedang kau tiada mau menyapaku
kau lebih suka bercumbu bersama rembulan
puaskan hasratmu yang sesat
sedang aku yang menantimu penuh cinta,
kau abaikan begitu saja.
bersama waktu yang kian memburu
bersama belati rindu yang berkarat
kau sayat hatiku yang tengah sekarat
dan kau pergi hilang di balik awan pekat
aku pergi berkawan sendu
menantang hujan yang memburu
tak perduli dengan pedih atau pilu
karna aku akan melupakanmu
meski masih tersimpan rindu untukmu.
sehingga malam berkuasa terlalu lama
dan senja hanya sebatas angan belaka
entah sejak kapan semua itu hanya ilusi semata
mendung terlihat berkabar sapa
namun tentang siapa
sedang senja yang kunanti tiada tiba
belum sempat kunikmati indah senja dia berlalu
hilang tertelan waktu
dan tiada kembali padaku
entah mengapa ada yang kurindu
pada setiap waktu yang berlalu
tentang senja yang dulu selalu ada untukku
kini hanya sebatas angan lalu
kini waktu berjalan lambat bagiku
angan ku tercecer dalam serpihan sendu
terbawa hilang oleh hujan sore itu
masihkah kau ingat saat aku berdiri membisu
menunggumu datang dari waktu itu
bersama rintikan hujan dan mendung durjana
aku menantimu datang dan hangatkan sukma
sudahlah, masihkah layak aku mengingatmu
sedang kau tiada mau menyapaku
kau lebih suka bercumbu bersama rembulan
puaskan hasratmu yang sesat
sedang aku yang menantimu penuh cinta,
kau abaikan begitu saja.
bersama waktu yang kian memburu
bersama belati rindu yang berkarat
kau sayat hatiku yang tengah sekarat
dan kau pergi hilang di balik awan pekat
aku pergi berkawan sendu
menantang hujan yang memburu
tak perduli dengan pedih atau pilu
karna aku akan melupakanmu
meski masih tersimpan rindu untukmu.
18 Des 2012
malam tanpa sukma
tanpa sukma aku malama ini
kubiarkan sukmaku pergi lalu
terdiam dalam arak-arakan awan
mengamit dalam desir semilir angin
kutinggalkan bayangku dalam sudut kamarmu
temani tidurmu malam ini
aku terdiam disini bermain bersama angan
dan mati bersama malam
jika esok surya tiba
mungkin bayangku kan sirna
kan kau rasakan sepi
dalam hati yang sendiri
17 Des 2012
apakah ini cinta ?
apakah ini cinta ?
atau hanya ilusi belaka
hanya sesaat terasa
kemudian hilang entah kemana
hangat dia terasa
jauh bersemayam dalam jiwa
hingga hangat surya tiada terasa
kapan ini rasa bersemayam di jiwa
laksana ratu dia bertahta
diam-diam kuasai raga
hingga aku diam tanpa kata
jika ini hanya mimpi belaka
maka tiada aku ingin membuka mata
jika nanti aku kehilangan dirinya
ahh,, tak sanggup aku berkata
tentang apa yang kurasa
jika tiada kutemui dia di dunia nyata
namu, jika rasa ini nyata
kan segera aku berkata padanya
tentang apa yang ada dalam dada
entah dia akan terima atau menghina
jika telah kukata rasa ini padanya
lega hatiku kurasa
duhai adinda
yang bertahta dalam jiwa
apakah dirimu nyata
atau hanya bunga mimpi semata
ahh, kau buat hatiku terus menerka
terombang-ambing dalam rasa yang tak dapat kukata
15 Des 2012
Aku sedang jatuh cinta !
terdiam aku menatap datar
memandang pelangi terperangkap dalam kubangan
terdiam menanti waktu yang perlahan berlalu
sembari menahan dingin yang menusuk kalbu
terdiam aku tanpa kata
memandang nanar pada dunia
terselip sebuah rasa dalam dada
pada dia yang hanya menjadi impian
kutatap ia dibalik bayang-bayang
tiada terlintas dalam benak untuk ungkapkan rasa
biarlah kupandang dia dari balik kelambu senja
yang terkadang hilang membawa rindu
kutatap ia berlalu
jantung berdegup tak tentu
laksana genderang perang berdebum kencang
namun aku hanya bisa diam bermain angan-angan
tiadakah kau rasa
tataan matamu hangat laksana surya
namun tajam menikam kalbu
dan aku terdiam terpaku
memandangmu aku membisu
hanya berbuah senyuman lalu
dua, tiga hari berlalu
kutunggu kau setiap pagi
sembari aku menata hati
apa yang akan ku kata waktu bertemu nanti
akhirnya aku hanya tersenyum sendiri
membayang dirimu setiap waktu
senja tiada datang
terganti mendung berkabar hujan
menahan raga untuk terdiam mematung
kudengar lembut lirih angin menyapa
berkabar suara dia yang ku cinta
aku terdiam memendam berjuta rasa
saat kutatap kedua matanya
tergerak hati berkata
bersama sejuta petir aku berkata dalam dada
"aku sedang jatuh cinta !"
memandang pelangi terperangkap dalam kubangan
terdiam menanti waktu yang perlahan berlalu
sembari menahan dingin yang menusuk kalbu
terdiam aku tanpa kata
memandang nanar pada dunia
terselip sebuah rasa dalam dada
pada dia yang hanya menjadi impian
kutatap ia dibalik bayang-bayang
tiada terlintas dalam benak untuk ungkapkan rasa
biarlah kupandang dia dari balik kelambu senja
yang terkadang hilang membawa rindu
kutatap ia berlalu
jantung berdegup tak tentu
laksana genderang perang berdebum kencang
namun aku hanya bisa diam bermain angan-angan
tiadakah kau rasa
tataan matamu hangat laksana surya
namun tajam menikam kalbu
dan aku terdiam terpaku
memandangmu aku membisu
hanya berbuah senyuman lalu
dua, tiga hari berlalu
kutunggu kau setiap pagi
sembari aku menata hati
apa yang akan ku kata waktu bertemu nanti
akhirnya aku hanya tersenyum sendiri
membayang dirimu setiap waktu
senja tiada datang
terganti mendung berkabar hujan
menahan raga untuk terdiam mematung
kudengar lembut lirih angin menyapa
berkabar suara dia yang ku cinta
aku terdiam memendam berjuta rasa
saat kutatap kedua matanya
tergerak hati berkata
bersama sejuta petir aku berkata dalam dada
"aku sedang jatuh cinta !"
13 Des 2012
Aku, Kita dan Sebuah senyuman
kawan.
sebuah senyummu terbitkan asa dalam hati
derai tawa mengalun indah laksana kidung surgawi
kawan,
detik berlalu dalam diamnya
hari berganti dengan kejamnya
sisakan kenangan-kenangan antara kita
yang tertulis dalam rontal cerita
aku dan kita
kawan,
aku rindu padamu
seiring waktu yang kian berlalu
bersama semburat warna lembayung kelabu
teriring senja yang selalu berlalu
disitu rinduku aku tempatkan
kawan,
tiada lagi kita bersua
mengucap kata dan bertukar sapa
namun kurasa itu tidalah perlu untukku
karena nama tentangmu selalu ada dalam kalbu
kawan,
teriring kabut pagi berlalu
semilir lembut angin kian berdesah dibalik awan
surya enggan menyapa hari
dia hanya terdiam di balik awan hitam
maka kan kau dapati rintik-rintik kerinduanku
yang berderai dalam dinding pagi yang membuta
kawan,
aku dan kalian
bertukar cerita
tentang tawa dan tangisan
tentang rindu dan cinta
tentang sakit dan bahagia
tentang apa dan mengapa
tentang esok yang kan tiba,
dan akan kemana kita ?
kawan,
tiada kan berakhir kisah kita
aku terdam kalian bicara
aku bicara kalian terdiam
semua bermula dari senyuman
dan akan menghilang dalam senyuman
sebuah senyummu terbitkan asa dalam hati
derai tawa mengalun indah laksana kidung surgawi
kawan,
detik berlalu dalam diamnya
hari berganti dengan kejamnya
sisakan kenangan-kenangan antara kita
yang tertulis dalam rontal cerita
aku dan kita
kawan,
aku rindu padamu
seiring waktu yang kian berlalu
bersama semburat warna lembayung kelabu
teriring senja yang selalu berlalu
disitu rinduku aku tempatkan
kawan,
tiada lagi kita bersua
mengucap kata dan bertukar sapa
namun kurasa itu tidalah perlu untukku
karena nama tentangmu selalu ada dalam kalbu
kawan,
teriring kabut pagi berlalu
semilir lembut angin kian berdesah dibalik awan
surya enggan menyapa hari
dia hanya terdiam di balik awan hitam
maka kan kau dapati rintik-rintik kerinduanku
yang berderai dalam dinding pagi yang membuta
kawan,
aku dan kalian
bertukar cerita
tentang tawa dan tangisan
tentang rindu dan cinta
tentang sakit dan bahagia
tentang apa dan mengapa
tentang esok yang kan tiba,
dan akan kemana kita ?
kawan,
tiada kan berakhir kisah kita
aku terdam kalian bicara
aku bicara kalian terdiam
semua bermula dari senyuman
dan akan menghilang dalam senyuman
11 Des 2012
menantang maut
belum lepas nafas dari raga
masih tersangkut ia dalam tenggorokan
dua tiga langkah kutahan ia
berikan waktu setetes asa
belum pula kulepas ini badik
masih erat tergenggam dalam kepalan
kutatap jauh kaki langit
terlihat siluet meraka kembali
haruskah aku berlari hampiri
atau terdiam hanya menanti
derap kaki menghentak bumi
getarkan sukma ciutkan nyali
bagi mereka menyimpan ragu
maka pasti mati mereka nanti
kuhitung berapa nyawa tadi mati
perut terobek. darah mengalir
tapi semua tiada kuingat
hanya terngiang suara memohon dan rengekan
badik ini teman sejati
daripada perwira negeri
dengan ini kutantang kompeni
jangan tanyakan takut dalam hati
takutku telah lama mati
bersama mayat keluargaku
yang aku kubur di samping kali
kini aku sendiri
orang-orang kerdil hati itu telah lari
tinggalkan bayangan dibalik matari
kembali aku terdiam dan bertanya
"aku kan hampiri atau menanti ?"
kucium badik ini
bersama lelehan darah para kompeni
entah apa yang terjadi nanti
lebih baik mereka aku hampiri
dua, tiga nyawa pasti kudapati
menghilang di ujung badik ini.
9 Des 2012
Ruang untuk Mati
belum kering darah merah
belum hilang anyir darah
membekap sengap dalam dada
leleh hilang dalam bumi
perih
sakit
merintih
berbuah tangis
hilang terbuang terpendam bumi
menggeliat dalam desah nafas alam
bersatu dengan sukma berkalang tanah
pyar. hilang raga dan sukma
menelusup dalam dinding malam
beriring tangis serigala
berselimut dingin kabut kelam
nanar mata membayang
tersamar kabut,
terbungkus kafan
terdiam beku dan dingin
terpaku tanpa arti
membayang dalam mati
menerawang melepas kenangan
menyibak tabir impian
denting jam bertalu-talu
berkejaran dalam sempit ruang hitam
sebuah kursi bergoyang pelan
dan terjatuh hancur berantkan
tang,,
kembali berdentang
mengiring sukma dalam penantian
jiwa terdiam dan raga membeku
kembali anyir darah mengamit sepi
dalam malam aku menghilang
esok pagi aku telah mati.
6 Des 2012
merpati dimabuk asmara
maka pergi dan sampaikan apa yang kau rasa
tentang cinta dalam dada
kalian bersua dan kemudian berkata
tentang cinta yang tersimpan dalam dada
tiada guna kau simpan ragu dalam dada
sedang sukmamu mulai berkata
bahwa dia orang yang kau cinta
meragukah kau kini
tentang rasa yang berada dalam hati
kurasa itu tiada guna
hanya buat kau menunda
berujung kehilangan cinta
pergilah kau merpati penuh cinta
terbang dan temukan pasanganmu
hilangkan bebaan dan ragu
percayalah tuhan bersamamu
takutkah kau pada sakit yang dahulu
maka tiada guna kau simpan rasa itu
buang dan berlarilah
itu cinta barumu telah menunggu
jangan biarkan ia hilang dan berlalu
tentang cinta dalam dada
kalian bersua dan kemudian berkata
tentang cinta yang tersimpan dalam dada
tiada guna kau simpan ragu dalam dada
sedang sukmamu mulai berkata
bahwa dia orang yang kau cinta
meragukah kau kini
tentang rasa yang berada dalam hati
kurasa itu tiada guna
hanya buat kau menunda
berujung kehilangan cinta
pergilah kau merpati penuh cinta
terbang dan temukan pasanganmu
hilangkan bebaan dan ragu
percayalah tuhan bersamamu
takutkah kau pada sakit yang dahulu
maka tiada guna kau simpan rasa itu
buang dan berlarilah
itu cinta barumu telah menunggu
jangan biarkan ia hilang dan berlalu
5 Des 2012
Pemuda Tanpa Nama
berdiri ia di gerbang desa
mematung membayang senja
terseok ia dalam langkah
menyeret kaki pincang berlumur darah
sebilah pedang ia jadikan tongkat
pedang usang bau anyir darah
tua berkarat ia temukan di gudang entah milik siapa
namun entah berapa nyawa ia korbankan
tiada mata menatapnya
semuanya terdiam di balik tembok
terdiam, berteman tanya
"siapakah dia ?"
masih saja ia melangkah
tingalkan seretan darah di atas tanah
menggenang bercampur kubangan
sisa hujan tadi siang
angin senja berhembus perlahan
kabarkan anyir darah manusia
berhenti dia di bawah beringin tua
tiada nampak duka dalam matanya
hanya guratkan senyuman kecut yang menahan perih
dia angkat kepalan tangan tinggi-tinggi
perlahan ia bernafas penuh amarah
lantang dia berteriak
"Telah aku bunuh para Belanda Keparat !!"
kemudian ia terdiam
terjatuh tergolek berlumur darah
tiada daya dia bagkit dan berjalan
perlahan dalam gumaman
"aku telah membunuh belanda keparat, mak !"
bersama redupnya senja ia meregang nyawa
4 Des 2012
terpasung rindu
malam kian larut dalam maginya
beriring dendang sepi
berteman belaian dingin angin berhembus
aku tiada terdiam dan membisu
bergumam perlahan
merintih tertahan
dan, tangis tertahan bisu
tiada aku tanya pada rembulan malam ini
tiada kusapa gemintang itu
jauh layangkan pandang, menembus mega
menelisik sudut malam
hanya sepi dan hening yang terasa
teriring derik jangkrik merdu
laksana brahmana yang membacai rontal-rontal indah
mengalun pelan namun mengikat
menggoda namun mengancam
aku pun telah membacai rontal-rontal kerinduan
bersama perih dalam kehikmatan abadi
parau suara menahan kucuran rindu yang mengalir deras
dari luka hati yang tiada tertutup lagi
rindu perlahan mengamit sukmaku
diajaknya menghilang dibalik gemerak awan
menggoda kerlingan gemintang
dan bersandar pada rembulan
sewindu telah berlalu
aku masih terdiam dalm rontal-rontal rinduku
tiada habis kubacai siang dan malam
tiada pula aksara-aksara itu dapat ku mengerti
terlalu sulit kujabarkan aksara rinduku ini
perlukah aku bertapa dalam puncak kerinduan
sedangkan rindu itu sendiri memasungku tiada bergerak
1 Des 2012
Labuhkan hatimu pada ku kala malam, dinda
Labuhkan hatimu pada ku kala malam, dinda
Kan kita binasakan setiap kelam malam
Sepasang kita laksana genderang memecah sepi
Hilangan hening oleh sorai cinta dalam hati
Malam terlintas sunyi
Pekat kelam menebal dalam jiwa
Detak jam, berlalu dengan kerinduan
Menghitung setiap waktu yang terlewat
Berputar mengejar rindu yang kian membuncah
Malam tenggelam dalam kehampaan
Tiada bernyanyi jangkrik dan katak
Semilir angin kabarkan berita duka
Tentang rindu yang terbatas dan tentang cinta yang berjarak
Kita sama terepung waktu
Berlari dalam lintasan kerinduan abadi
Berenang dalam daya imajinasi
Tentang wajah dan sukma
Tentang kasih yang kini tersimpan dalam hati
Sering kita berjalan dalam mimpi
Bersama beriring tertiup angin
Memandang dalam diam, berucap tanpa kata
Hati berbicara tentang rindu
Dan sukma berdendang tentang cinta
Sedangkan raga hanya mematung terpinggir
Dalam malam tanpa tepi
30 Nov 2012
Tuan Tempatku Berpulang
Dimana tuan kan meninggikan diri
Jika bukan dalam hati sahaya
Dalam sedih pilu tuan bertahta
Menatap kemudian mati
Berpulang jiwa pada tuan
Merintih terdiam menanti waktu
Hitam putih tiada beda
Dimana neraka terbungkus surga
Tiada aku merindu pada tuan
Tiada ku ikuti sorban memanjang
Khutbah berdiri menatap langit
Tiada kutemui tuan disana
Kuseru tuan dalam surau dan gereja
Kuseru pula dalam setiap candi dan pura
Setiap itu tuan berada, dan kita terdiam
Bergumul mati dan mematikan
Disini kini tuan berada
Meninggi dalam keheningan
Memicing mata menatap hina
Adakah tuan berkehendak ?
Maka, tiada daya aku bertolak
29 Nov 2012
kumpulan puisi : tiga hati bicara rindu
Hujan berkabar sendu
Mendung hanya berkabar sendu
Berbisik akan hujan yang kan tiba
Bukan dirimu yang kini hilang
Kapan tiba aku tak tau
27 Nov 2012
Jika Asa menjadi Bara
kurasa percuma aku kembali padamu
kau tiada sisakan ruang untukku
hanya tersimpan dendam dalam dirimu
hingga aku terkapar dalam tanganmu
aku tau kau telah membagi hati
bersama membagi jiwa, bertukar rasa
kini aku tiada berarti
hanya rumput diluar taman
menatapku kau enggan
tiada harap kau kan menyapaku lagi
dan kini inilah aku
hanya berjalan tanpa tau kapan kan berhenti
mungkin esok atau lusa, kan kau dapati aku mati dalam rindu
sudahlah, untuk apa pula aku perpulang padamu pagi ini
kesia-siaan ku simpan harap ini padamu
krna asa kini telah menjadi bara
membakar raga dan sukma
hingga tiada tersisa debu
tiada guna ku simpan lagi
maka kini kubuang asa ini
dalam dentuman angin badai senja
terhempas hilang dalam kaki langit
mengusik rembulan tuk segera bangkit
hiasi malam agar tak terasa sakit
dan aku terdiam meringkih dalam sunyi..
24 Nov 2012
Ini Diamku !
Malam kian tenggelam dalam sepi
Rembulan berkaca pada muka kolam
Gemirisik ilalang digoda angin
malam
Lirih mengamit setiap sendu dalam
hati
Detik berganti dalam keheningan
Waktu kian berlalu dalam lamunan
Sedangkan sukma kian mendesak
ingin kebebasan
Terdiam dalam sudut tepi malam
Bertanya pada gemintang yang
terus mengerling manja
Adakah pernah risau hinggap dalam
matamu
Ataukah kau tiada kenal risau itu
apa ?
Percuma jika aku teriak
Hanya terbentur dinding tembok
keheningan
Terbatas oleh garis pilu yang
terbentang dalam jiwa
Garis merah semerah darah dan
sehitam air mata
Nyala lampu kian redup terhempas
angin
Bergoyang dalam irama kehampaan
Meredup dalam selimut kelam
Dan mati dalam tikaman kesepian
Jangan kau tanya tentang apa yang
terpikir olehku
Jangan kau tanya tentang
kewarasaanku
Jangan kau tanya tentang keheningan ini
Jangan pula kau tanya tentang
rindu ini
Sekeras kau bertanya
Maka aku akan sekeras karang
menentang
Berdiri teguh dalam diam
Membisu tanpa batasan
Saat kau berucap tanya padaku
Saat kau menatap penuh curiga
Saat kau mengancam penuh amarah
Maka aku akan terdiam dan terus
terdiam
Hingga rembulan kembali
keperaduan
Kini diri hanya sendiri
Berucap sepi pada malam tanpa
tepi
Memeluk rindu pada jiwa yang
telah mati
Mencumbu raga yang lenyap lalu
Bilakah mentari kan kembali dalam
malam
Dan rembulan bersinar dalam siang
Maka harapanku padamu hanya
kesia-sian belaka
Dan dalam diam aku percaya
Bahwa esok tiada kutemui rasa ini
kembali
22 Nov 2012
Jeruji Rindu
Kini
malam kian beradu dengan pagi
Bertukar
rindu dan bercumbu
Lepaskan
hasrat meski sejenak
Dan
gemintang hanya tersipu lalu menghilang
Awan
berarak menyingkir, tersapu angin
Hilir
mudik sampaikan setiap kerinduan akan hujan
Waktu
kian berlalu dalam lamunan
Kita
terkekang dalam jeruji waktu
Meradang
dalam rindu
Sebatas
angan dan impian
Ketika
memandang dan mencumbu rindu
Berteman
sebuah foto usang saat kita berdua
Kutahu
kau pun sama,
Bersama
malam memandang diriku
Kita berjalan dalam titian rindu
Menguntai setiap waktu yang berlalu
Merajut setiap sepi yang mengurung
Entah esok atau lusa, kita kan bersua melepas rindu dalam
dada
Jika waktu itu kan kembali
Maka kan kupeluk erat dirimu
Tiada kulepas kau pergi meski sesaat
karna aku enggan berbagi dengan dunia.
19 Nov 2012
Merindu dalam penantian
membayang sepasang matamu
terdiam aku tanpa kata
hanya diam dan memandang
mata itu milik siapa ?
kugenggam tanganmusaat itu
ku ajak kau berlari
bukan untuk menyongsong mentari
tapi untuk berhenti dan berjanji
tentang hidup kita nanti
setiap kubuka mata
selalu kutemukan dirimu dalam bentuk-bentuk baru
lipatan-lipatan senyuman yang menggoda
kau terlepas dari kekangan
terbang bebas hinggap dalam jiwa
dimanakah tempat ku kan berpulang kelak
jika kau tiada menungguku
karna, di ranjangmu aku kan berpulang
dalam tikaman belati rindu untukmu
ada sebuah kegontaian dalam cahaya mentari pagi ini
dia tersenyum kecut mencumbu kawini musim
anak-anak mentari hanya merengek dalam pelukan rembulan
sembari menyusu dalam payudara ranum sang rembulan
begitupula kegontaian dalam diriku
ketika bayangan delusi kerinduan padamu, menjamah diriku
tertikam dalam balutan jubah angan-angan
aku terdiam menanti dalam malam
menanti sepasang malaikat yang datang dan mengganyang jarak yang terbentang
teringat pada tangis kekasih yang kering dalam dada
kasih,
dan nantikan ketika aku berpulang nanti
kan kucumbu dirimu hingga tiada pagi tersisa untuk kita
hingga malam hanya sebatas detakkan jantung belaka
karna mentari dan rembulan hanya ada pada matamu.
18 Nov 2012
Menanti Cahaya dalam Hujan
siang ini begitu pilu
hujan turun sejak pagi buta
belum sempat ayam bangunkan mimpi
gelegar petir telah menyambar sukma
suasana begitu dingin menusuk tulang
selimuti jiwa dengan kesenduan yang tiada bertepi
entah apa yang kurasa saat ini, terasa ada yang hilang
begitu sakit dan begitu pedih
langit kurasa teramat mendung pagi ini
mungkinkah hujan akan kembali turun
menyapu sedih dalam hati
atau hanya menyapa dengan sinis kemudian pergi
pada mendung pagi ini aku cemburu
dia menggelayut mesra pada cakrawala
sedangkan aku tiada miliki tempat tuk memanja
aku memilih diam, krna tiada kata yang dapat terucap
seketika kebuntuan merayap dalam dinding-dinding jiwa sepi
duduk terdiam menanti bangkitnya cahaya terpendam
menyibak sepi dan membunuh kelam
17 Nov 2012
masihkah ada pagi untukku
untuk para tentara kecil di medan perang
malam ku berlalu dengan bisu
tanpa pelukan maupun ciuman
hanya berselimut ngeri dan ketakutan
akankah esok masih ada pagi
malam selalu mencekam
bersama pekik tangis dan jerit pilu
bersama desingan peluru laksana orkestra kematian
burung besi mengintai tanpa jeda
kini tiada lagi kukenal apa itu senyuman
tiada lagi kurasa apa itu kedamaian
yang ku tau hanya kematian
serta mayat yang tergeletak penuh luka
masih kuingat sekolahku dulu
tempat dimana kutersenyum bersam kawan
bercanda dan merangkai mimpi dewasa
tapi kini semua itu hanya mimpi
sekolahku tak lebih dari debu jalanan
bersama mimpiku yang tenggelam dalam balutan desing peluru
kucoba mengingat wajah temanku
dimana dulu kita bermain di pekarangan belakang
bertukar tawa dan bergumul dalam mimpi
namun, yang teringat hanyalah mayatnya yang tergelak bersama 3 butir peluru dalam dada
haruskah kami mati
menjadi korban dalam perang yang buta ini
kami tiada tau alasan perang ini
yang kami tau hanya bermain dan belajar
beserta tawa dan senyuman
kini bukan buku yang kugenggam dalam tangan
namun senjata berat perampas nyawa
berjuta jerit kematian menyeruak dari moncong senjata ini
buatku terdiam dalam ngeri kematian
aku ini masih kecil
ingin bermain dan tertawa
bukan berperang dan mencabut nyawa
kini aku dalam malam tiada aku sanggup bermimpi
mimpiku hanya berujung pada mati
kini dalam malam aku hanya terdiam dan mendoa
semoga masih ada pagi yang menantiku esok hari
malam ku berlalu dengan bisu
tanpa pelukan maupun ciuman
hanya berselimut ngeri dan ketakutan
akankah esok masih ada pagi
malam selalu mencekam
bersama pekik tangis dan jerit pilu
bersama desingan peluru laksana orkestra kematian
burung besi mengintai tanpa jeda
kini tiada lagi kukenal apa itu senyuman
tiada lagi kurasa apa itu kedamaian
yang ku tau hanya kematian
serta mayat yang tergeletak penuh luka
masih kuingat sekolahku dulu
tempat dimana kutersenyum bersam kawan
bercanda dan merangkai mimpi dewasa
tapi kini semua itu hanya mimpi
sekolahku tak lebih dari debu jalanan
bersama mimpiku yang tenggelam dalam balutan desing peluru
kucoba mengingat wajah temanku
dimana dulu kita bermain di pekarangan belakang
bertukar tawa dan bergumul dalam mimpi
namun, yang teringat hanyalah mayatnya yang tergelak bersama 3 butir peluru dalam dada
haruskah kami mati
menjadi korban dalam perang yang buta ini
kami tiada tau alasan perang ini
yang kami tau hanya bermain dan belajar
beserta tawa dan senyuman
kini bukan buku yang kugenggam dalam tangan
namun senjata berat perampas nyawa
berjuta jerit kematian menyeruak dari moncong senjata ini
buatku terdiam dalam ngeri kematian
aku ini masih kecil
ingin bermain dan tertawa
bukan berperang dan mencabut nyawa
kini aku dalam malam tiada aku sanggup bermimpi
mimpiku hanya berujung pada mati
kini dalam malam aku hanya terdiam dan mendoa
semoga masih ada pagi yang menantiku esok hari
Langganan:
Postingan (Atom)