saat rindu tersekat
rasa hati kian sekarat
kau hanya bisa meratap pada dinding malam yang keparat
dalam diam kau menunggu
detik jam pun kian berlalu
perlahan rindumu kian membeku
terhitung daun gugur berlalu
diam menunggu dirimu di depan pintu
berdiri aku bersama serangkai bunga yang layu
angin berkejaran di balik gugur dedaunan
sedang hujan hanya sembunyi di balik awan
lama nian kau menghilang lenyap dalam bayang
malam kian pekat
rindu perlahan mengikat
memandang pilu pada musim yang terlewat
tanpa ada dirimu meskipun hanya sebatas bayang belaka
bersandar pada dinding fajar
menunggu terdiam pada tepian senja
sedang dalam malam aku hanya bisa meratap
tentang pilu dan duka yang tak kunjung menghilang
ada kala hujan begitu indah
ada kala kemarau begitu segar
kering hati terserap panas rindu
sedang tangis luntur dalam tetes hujan yang bisu
rindu hampa
rindu duka
rindu suka
rindu tangis
rindu tawa
bergumul bersatu dalam sejuta jiwa
melayang jauh dalam angkasa
berkabar pada rembulan dan kartika
tentang dirinya yang hilang ditelan fajar biru
hilang lenyap tak bersua
diam duduk sendiri menangis pilu
untuk apa sesal semayam dalam dada
jika sakit tak sanggup tertahan
lepas dan tinggal kan dia berlalu
tikam belati dalam jantungku
meleleh tercecer jutaan rindu
hilang tersapu dalam hujan pilu
aku pergi bukan karna tak menunggu
jika kau kembali tak kau dapati diriku
mungkin aku hilang mati untuk menantimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar