Jika malam ini hanya diam dalam keheningan. Jika rembulan tiada lagi terasa begitu hangat dalam sanubari, dan bintang pun hanya terdiam dalam keheningan ini. Kemudian apa yang harus aku perbuat. Haruskah aku beranjak dan berdiri untuk kembali datangi dirimu. Haruskah aku kembali memohon kepadamu untuk kembali berada di sampingku. Atau barangkali aku harus kembali mencumbumu seperti waktu itu. Haruskah semua itu aku lakukan agar malam ini kembali hidup. Agar aku bisa kembali merasakan indahnya malam ini.
Kekasih !. Tak pernahkah kau mengerti betapa aku selalu merindukanmu. Tak pernah kah kau rasakan betapa rasa rindu ini menyiksaku setiap waktu. Aku selalu tersiksa setiap malam. Membeku dalam balutan dingin dan pedihnya rindu yang tiada pernah dapat ku ungkapkan. Kenapa kau hanya terdiam dan pergi setiap ku coba untuk menunjukan rindu ini padamu ?. Tidak kah kau mengerti betapa sakitnya hati, pedihnya jiwa setiap kau lakukan itu padaku. Lihatlah aku !, di sini dalam hati ini aku memujamu, aku merindumu, dan aku selalu sakit karena rindu yang tak kunjung dapat ku ungkapkan padamu.
Benak ku mulai terbayang kelam, membayang setiap senyuman dan setiap kata darimu. Aku mulai ragu dan meragukan akan keberadaanmu dalam hidupku. Berjuta tanya menghujat dalam setiap sanubari. Apakah kau masih menjadi milikku, atau barangkali kau temukan dia yang lain disana. Jangan kau hanya diam dan selalu memalingkan wajahmu itu !. Lihat !, lihatlah diriku ini, setelah semua sayang yang ku berikan padamu, setelah semua perhatian yang aku berikan padamu. Kini kau pergi, kini kau mendiamkan ku, kini kau tiada lagi mau bercumbu seperti saat itu.
Rasa hati tiada pernah dapat ku bayangkan. Setiap pedih dan duka yang kian menyobek luak hati semakin jauh dan semakin perih. Luka yang tiada terbayang dan tiada dapat ku katakan. Ku kira selama ini aku tekah dapat mengenal dirimu, ku kira selama ini aku telah dapat memegang jiwa dan hatimu. Ternyata semua itu hanya ilusi harapanku semata. Kini aku aku hanya terdiam dan tak dapat percaya pada apa yang aku rasakan. Dirimu yang dulu tiada lagi dapat aku lihat dan tiada lagi aku rasakan. Kini bagiku kau tak ubahnya seperti dinginnya kabut fajar. Kabut yang dapat aku rasakan dinginnya tapi tak pernah dapat aku pegang.
Kita sudahi sajalah semua ini. Aku sudah terlalu lelah, tiada lagi guna bertahan jika dirimu tiada lagi menyimpan asa. Tiada guna cerita ini berlanjut jika disana hanya ada pedih dalam dada. Aku lelaki yang ditakdirkan untuk selalu kuat. Aku lelaki yang ditakdirkan untuk dapat bertahan dengan semua keadaan. Tapi, atas nama keadaanku yang berstatus sebagai manusia, maka lelaki pun di ijinkan untuk menyerah dan menjadi lemah. Maka biarkan ku gunakan status itu untuk kali ini saja. Kali ini aku tak tahu lagi harus berbuat apa lagi untuk pertahankan keangkuhanku sebagai lelaki.
Kini aku tak ubahnya seperti langit pada malam ini. Dia begitu sepi dan begitu hening. Tersirat sebuah kabar yang terselip dalam awan yang bergelayut mendung disana. Bahwa rembulan tiada rembulan tiada lagi ada untuk sang malam. Selentingan angin menggoda hati, kabarkan berita tentang dirimu yang kian berubah. Tentang dirimu yang kian menjauh dan hilang dibalik tebalnya kabut ilisu bernama cinta. Tinggallah diriku sendiri disini hanya terdiam sepi, dan terkungkung dalam rindu yang kian menghujat.
Kasih !. kucukupkan cerita suratku malam ini. Entah apa yang akan terjadi esok pagi. Akankah mentari akan terbit kembali bersamamu, atau mendung hitam yang mengoyak indahnya langit biru yang berkuasa.
Cikikiw, moga pacarnya bang dony ngebaca :D
BalasHapusBang, itu klo abis tanda seru ga usah pake koma lagi -_- #salahfokus
sayang sekali, saya membacanya di pagi hari.. :)
BalasHapusmungkin memang pas jika dibaca di malam..
bahasanya ... cusss!!
BalasHapussastra bangettt deh
Ini emosinya dapet banget, bang!
BalasHapus