air mata telah jatuh
leleh lebur dalam tangis
sejuta rindu menghentak dalam jiwa
seraut wajah tergambar dalam bayangan malam
seraut wajah penuh guratan waktu
terukir penuh tangis dan peluh
berliku penuh kenangan
sepasang tangan hangat memeluk sukma
hangat penuh rindu dan penuh duka
sepsang tangan bukti kerasnya dunia
lirih lembut sapaan wanita
serak berat seakan hendak menghujam surga
lebut tenang laksana lautan padamkan gejolak neraka
seribu rindu menumpuk dalam sukma
sejuta cinta menghujam dalam dada
mengalir tenang dalam liku sungai kasih sayang
kau berikan sejuta mentari dalam kasih sayang
kau limpahkan keindahan rembulan dalam senyuman
deras hujan terdiam dalam derai tawamu
aku terdiam dalam pelukanmu
menangis tersedu menatapmu
diam membisu kala kau kecup keningku
lama waktu kian beraganti
menggores sejuta luka dan duka
memebekas jelas dalam sukmamu
aku sadar dalam diamku
kau menngis dalam senyummu
kau rapal namaku dalam mantra doa
aku hanya bisa diam menangis
setiap kusebut namamu
setiap ku ingat wajamu
aku menangis
bahkan kini aku menangis
air mataku perlahan basahi pipi
saat kata-kata ini aku rangkai
saat wajahmu aku ukir dalam setiap bait
tak sanggup lagi kuteruskan kata ini
tiada kata tersisa yang bisa kutuliskan
hanya rindu yang tersisa dalam hatiku
berserta sejuta maaf untukmu
IBU..
untuk ibuku tersayang, yang selalu merindukan dan mendoakan anaknya, yang selalu tertawa dan tersenyum, meski sejuta luka kuberikan, yang selalu memberikan maaf, meski kesalahan selalu ku perbuat. ini rindu dan maaf untukmu IBU..
doa ibu akan selalu menyertaimu nak :)
BalasHapusKangen ibu yak? Sekarang gk bareng ibu gitu?
BalasHapusWell, gue suka puisinya. Penuh kata2 tinggi, kta2 kiasan yg gue pun enggak kepikiran untuk nulis itu. Good!
Banyak kata2 yg gue suka seperti, 'Kau rapal namaku dalam mantra doa.'
ya begeitulah sedang merantau, mencari ilmu,
Hapusterima kasih banyak