4 Okt 2012
Sepi Mengamit Rindu
kala malam kian terdiam dalam haribaan fajar
rembulan kian menepi dalam peraduannya
gemintang perlahan menghilang dalam kegenitannya
tinggalkan bentangan mega malam yang menghitam dalam kesepian
semilir angin dingin seakan bekukan diri
terdiam dalam keheningan tiada tepi
terdiam dalam kebisuan akan kerinduan
perlahan belati rindu mengiris sukma
tinggalkan luka yang menganga sisakan pedih abadi
sepi hening dan pedih disini
tersudut dalam pojok rindu yang kian menyudut
perlahan sepi menikam dalam hati
perlahan kian pasti terbenam dalam rindu yang mendalam
bagaikan mendung yang menggelayut dalam mega
maka rinduku tertanam dalam hati yang begitu tenang
diam-diam rindu mengamit sepi
laksana fajar mengamit malam
hanya tinggalkan sebersit kengan
bahwa dia pernah berada
ada nama yang teringat dalam desah nafas
ada rindu yang terkumpul dalam setiap waktu yang berlalu
ada kesepian yang mengintai setiap malam
dan ada pedih yang perlahan gantikan tawa
berapa purnama hilang berlalu
berapa musim berganti anugrahi bumi
namun rindu tiada juga berlalu
tetap terdiam bersemayam dalam hati
diam tersimpan dalam tenang
laksana gemerisik hembusan angin senja menggoda dedaunan
sehangat sinar matari dikala senja menjelang
sehangat itulah rasa rinduku dalam dinginnya kabut kesepian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
bukan penikmat puisi jadi kurang mengerti maknanya, maaf ya... tapi bahasanya bagus
BalasHapusg perlu jadi penikmat puisi untuk menikmati puisi itu sendiri,, maksih yaa
Hapus