belum juga kabut turun hinggapi pagi
namun hati telah berselimut dingin kabut kerinduan
ini malam masih terlalu panjang untuk mati
sedang rembulan masih asyik bercumbu di balik awan
tiada angin berhembus menyapa
hanya klebatan kalong menyeruak dibalik bisu
mlam berjalan begitu cepat hanya sisakan bias-bias rindu
mozaik kerinduan merangkai dalam sukma
aku hanya diam tanpa beranjak pergi
lolong anjing samar terdengar dibalik bukit batu
alunan kesendirian dalam gelap malam ini
siratkan kesdihan dalam sukma yang membisu
klebat kalong kembali melintas buyarkan lamunan
terpecah berhambur dalam jutaan kenagan
perlahan merangkai pada sebuah wajah
senyum manis goyahkan jiwa
entah berapa purnama terlewat tanpa arti
hanya berlalu dan menyapa dalam kebisuan
hanya indah dan terang yang kuingat
kembali disitu kurasa dirimu berada
aku tak harus mengeja setiap aksara rindu
karena rindu tiada tertulis dalam kalam jiwaku
dalam dingin nafas terhirup jutaan serpihan rindu
mendesah dalam hembusan sejuta pasrah
jika hari berganti pagi bersama sang mentari
aku akan kembali pada malam dingin tempat kuberada
bekukan rindu sembunyikan rasa
terpendam jauh didasar jiwa
diam-diam rindu terus kujaga
untuk nanti kupersembahkan untuk dirimu adinda
raga ingin berpaling pergi dan menghilang
namun suka enggan berpaling dan diam terjaga
menanti hadir dirimu dalam jiwa
hangatkan sebongkah hati yang lama membeku
kuakhiri kata ini untukmu
bersama kelebatan kalong dari balik pohon randu
aku kembali terlelap dalam mozaik rindu
berharap berjuma denganmu meski dalam mimpi yang berlalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar