Aku duduk terdiam di tepian jendela tua yang
lapuk termakan waktu. Aroma kopi hitam menyebar memenuhi ruangan ini. Masih
tersisa beberapa batang rokok yang tergelatak d lantai sisa semalam. Hangat
mentari yang menyongsong pagi mulai merasuk kedalam sela-sela jiwa ini.
Kurasakan sepasang tangan lembut memelukku dari belakang. Tampaklah olehku
seorang wanita yang buatku tergoda semalam suntuk. Kutatap matanya yang begitu
sayu dalam dinginnya pagi, tak kulihat secercah caya dalam sepasang mata itu.
Telah lama semangat hidup menghilang dari dalam dirinya. Sekarang yang aku
lihat tak lebih dari boneka berdaging yang kosong. Percumbuan semalam hanya
sebuah bukti tak berarti kalau dia masih hidup.
Kembali aku teringat pada sesuatu yang telah
lama hilang dari kekasihku ini. Semangat hidupnya menghilang bersamaan dengan
kejadian bejat itu berlangsung. Setiap kali aku mengingat kejadian itu hati ini
kembali menuntut balas. Yahh!!!.. para manusia bejat itu yang patut disalahkan,
merekalah yanng harus aku bunuh dan hilangkan. Mereka telah menggores luka yang
begitu dalam di jiwa kekasihku. Kini hilang sudah tawa yang dulu selalu
menghiasi pagi bersama datangnya fajar. Tiada lagi kurasa hangat jiwanya dalam
setiap cumbuan dan ciuman itu, yang ada hanya dingin dan beku.
Sekelebat bayangan massa lalu kembali
berkelebat dalam pikiran ini ketika dia memelukku, ketika untuk pertama kalinya
aku bertemu dengan dirinya. Aku mengingat waktu itu, saat itu hujan deras dan
aku bertemu dengannya di sebuah halte bus. Kami sama-sama menggigil dalam balut
dinginnya dingin hujan. Entah mengapa dalam dirinya aku rasakan sebuah kehangatn
yang begitu nyaman. Perkenalan kami mulai berlanjut dlam hubungan yang jauh
lebih dekat hingga dia rela serahkan keprawanannya kepadaku. Setelah saat itu
terjadi kami mengikat sebuah janji dalam keabadian cinta yang indah. Hari-hari
yang ada hanya sebuah cinta dan kebahagiiaan. Hingga kejadian biadab itupun
terjadi menimpa diriku dan kekasihku. Terbayang dalam benakku ketika dia
memanggil nama ku dalam raungan sedihnya. Ketika tangan-tangan bejat itu
menelanjangi tubuhnya dan meninggalkannya dalam peluh tangis. Kuhampiri dirinya
dan kupeluk dalam dinginnya malam. Bunga yang selama ini mekar begitu indah
kini telah layu.
Diam,,kini dia hanya bisa terdiam dan tertunduk
lesu. Menatapnya seperti ini hanya buatku semakin merasa bersalah dan semakin
berdosa. Tapi apalah daya yang aku bisa sekarang hanya bisa berdiri disampinya
dan meneminya. Sejak kejadian itu tiada lagi ada nama tuhan dalam hidup ku.
Nama-Nya telah lama hilang dari dalam diriku. Aku sangat kecewa pada-Nya,
disaat istirku dijamah oleh para iblis dia tak sekalipun berhasrat untuk
menolong. Dia hanya duduk disinggasananya dan hanya melihat. Kini dia telah
kubalas dengan menghilangkan namanya dari dalam hati dan jiwaku. Pernah kuliat
dia melintas dalam benakku, bergelayut dalam setiap sel dalam jiwa. Tapi
kemudia dia kuusir dengan setiap kekerasan hati dan kekecewaan jiwa.
Kedatangan pagi ini kembali membuatku merasakn
harapan baru, harapan yang bisa mengembalikan tawa dari kekasihku. Hanya
kupeluk dirinya dalam hangatnya pagi, kuraskan tetesan air mata basahi tangan
ini. Entah mengapa aku hanya terdiam melihatnya menangis dalam pelukan dan
semakin ku peluk erat dirinya. Hari berjalan begitu cepat dan begitu indah
dalam keheningan pelukan ku. Siang itu aku pergi ke apotik seberang kompleks
rumah ku untuk membeli bebrapa obat untuk kekasihku. Setelah semua itu aku pun
pulang melewati sebuah jalan sepi yang di naungi oleh rimbunnya pepohonan
flamboyan. Hembusan angin menerpa pelan dedaunan. Begitu banyak harapan yang
timbul dalam jiwaku. Begitu kaki ini tiba di depan rumah, kalnjutkan melangkah
memasuki ruangan tudurku. Alangkah terkejutnya diriku ketika kulihat kekasihku
tergantung dalam lilitan selimut dengan mendekap gaun pernikahan kami.
Tak pernah kulihat dia dalam keadaan seperti
ini. Dia begitu pujat pasi, pancarkan beningnya sinar mentari yang menerpa
dingin tubuhnya. Sebersit senyum bahagia terukir dalam bibirnya. Kini dia telah
menjadi bidadari, dia telah bermetamorfosa dan melebur dalam hangatnya mentari
dan indahnya heninggnya pagi serta kebisuannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar