Setiap pagi aku hanya terkurung dalam sangkar, makan pun hanya menunggu
suapan dari majikanku. Inilah duniaku yang baru terbatasi oleh jeruji-jeruji
bambu yang mengrungku. Aku tak lebih dari dari budak kesenangan majikanku. Setiap pagi aku hanya menunggu ketika
majikanku menjentikan jarinya dan aku
harus berkicau serta mendengar pujian-pujian basi yang sering dia
lontarkan di hadapanku setiap pagi. Inilah hidupku yang membosankan aku hanya
bisa membayangkan betapa indah dan nikmatnya sebuah kebebasan. Tapi, aku merasa
bahwa kebebasan yang aku idamkan itu mulai pergi menjauhi diriku saat ini.
Angan-angan kebebasan yang selama ini aku mimipikan hanya menyisakan sebuah
cerita usang di balik jeruji bambu.
Terkadang aku merasa iri ketika melihat burung-burung lain yang
berterbangan dengan bebasnya, aku juga membenci ketika mereka mengejekku dengan
senyuman sinis yang mereka berikan kepadaku. Apakah karena aku hanya terkurung
dalam jeruji ini aku telah menjadi sebuah makhluk asing yang tak lagi dianggap
sebagai burung. Jikalau itu benar lantas aku ini apa, aku ini apa ?. Yah mereka
selalu menganggapku sebagai makhluk asing dan selalu mengejkku dengan
kicauan-kicauan mereka. Namun semua itu mulai sirna ketika majikanku mmeberiku
seekor teman. Dialah burung betina yang begitu menggoda dan begitu cantik. Aku
tak lagi menghiraukan hinaan dan ejekan burung lain karena ada dia disampingku.
Begitu lama waktu yang ku habiskan dengan burung betina ini. Namun
semakin lama aku mengenalnya semakin aku tak mengerti dirinya. Dia selalu
berbicara tentang nikmatnya hidup dalam sangkar yang selalu diperhatikan dan
dimanja. Bagaimana dia mengangaggap bahwa burung diluar itu adalah
burung-burung bodoh dan tak tau bagaimana nikmatnya berada dalam sangkar.
Dengan perlahan dia mulai memasukkan pemikaran busuknya kedalam pikiran ini.
Perlahan aku mulai menjauhinya membiarkan dia menikmati pemikirannya. Dan aku
berdiri disni menatap dan merencanakan kebebsan yang aku mimpikan dan aku
inginkan. Dan pucaknya pada malam itu ketika burung betina sialan itu
mendekatiku dengan berbagai macam rayuan birahi yang dia tujukan padaku. Aku
hanya melihtnya dengan rasa iba dan kasihan dialah cnth nyata dari sebuah
pemaksaan dan pengekangan.
Semakin lama aku berada di tempat ini aku semakin bosan dan muak.
Kurungan ini semakin menekanku dan membuatku terus tergoda untuk meyerah dan
kalah. Aku tak mau berakhir nista seprti burung betina jalang itu yang
menyerahkan dirinya pada pengekangan ini. Perlahan tapi pasti aku mulai
bergerak kembali menggerogoti batang-batang bambu jahanam itu. Batang-batang
setan yang selalu membuatku terkekang dan terkurung. Aku har s keluar dari
kurungn ini sebelum otak ini mulai terkena sihir mereka. Jikalau nanti aku akan mati ketika aku bebas
takjadi masalah buatku karna aku telah bebas dan impianku tercapai.
Hari itupun datang, ketika mentari belum sempat
menampakan wajahnya. Jeruji itu berhasil aku patahkan. Akhirnya...akhirnya aku
bisa bebas. Aku bisa nikmati keindahan dunia ini..hahahahahaha. Tapi. Kemana aku
akan terbang, kemana tujuanku. Kemana perginya burung-burung liar itu pergi. Ah,,,masa
bodoh dengan mereka yang penting sekarang aku bebas. Lihatlah burung-burung
laknat kini aku telah bebas.
Aku hanya terbang kesana-kemari, nikmati
kebebasan ini. Tujuanku terbangku pun tak pernah jelas. Sekarang yang ingin aku
lakukan adalah terbang sejauh mungkin dan setinggi mungkin. Inilah yang aku
impikan dan aku inginkan. Terbang dan terbang,, sejauh-jaunya, dan bila nanti
aku mati maka aku akan mati dengan sebuah kebanggaan..
Jeritan sang burung, andai mereka bisa bicara..
BalasHapuskeren brow..