28 Sep 2012
merindu dalam lamunan...
lembayung senja bergelayut di ufuk barat
semilir angin dingin perlahan membelai sukma
sejenak aku terdiam dalam lamunan
melayang jauh menangkap sebuah wajah
merajut sebuah senyuman
aku tenggelam dalam lautan bayangan
seribu wajahmu berkelebat penuhi pikiran
melayang dan menghilang
laksana ombak di pantai sana
gemerisik dedaunan menari dalam balutan semilir angin
meniti nada-nada kerinduan
mainkan berjuta lirik rindu dalam hatiku
perlahan kupeluk sebuah siluet bayangmu
kuajak kau menghilang dalam keheningan
perlahan masuki dunia yang tiada kenal malam dan siang
hanya kehangatan rindu yang terasa membelai jiwa
dinda bestari.
sejenak sebuah nama berkelebat dalam ingatan
nama yang begitu manis
nama itu selalu terbayang dlam setiap lamunanku akan dirimu
bolehkah kembali ku panggil dirimu dengan nama itu
jika waktu ijinkan kita bertemu
senja kian menghilang dalam peraduan
perlahan rembulan tersenyum dibalik awan
menggoda hati yang tenggelam dalam lamunan
menata seraut wajah yang getarkan sukma
aku hanya bisa menatapmu dalam lamunan
tanpa bisa mencumbu ragamu
membelai wajahmu
dan mencium bibir merahmu
bayang akan dirimu mengurungku dalam jeruji kerinduan
entah berapa purnama harus berlalu
hingga bayangmu menjadi nyata
tanpa mengurungku dalam kerinduan
aku disini dipeluk sepi
dan terkungkung berjuta rindu yang menggebu
perlahan menyayat kalbu
tinggalkan luka yang begitu pilu
dinda bestari..
jika nanti waktu kan kembali
hadirkan dirimu disisi
tiada lagi kulepas kau pergi
karena kau pemilik hati ini..
kau dermaga sukmaku
masihkah terbayang dalam benakmu
ketika kita bercumbu malam itu
bersama sejuta bintang mengerling menggoda padamu
rembulan hanya terdiam tersipu malu
semilir dingin malam bisikkan sebuah cerita
tentang cinta dua manusia
menembus batas dan dinding kasta
karna cinta anugrah Sang Maha Esa
aku hanya terdiam menatap jauh dalam matamu
hitam bening penuh rindu
laksana laut sunyi dalam gemerlap bintang
bersama lirih ombah membelai jiwa
jiwaku tenang bersamamu
ragaku terdiam didekatmu
semua hilang dalam kerilangan manja itu
aroma mawar lirih tersebar bersama angin
itulah dirimu laksana aphrodite penyebar rindu
kini kupasrahkan raga dalam pangkuanmu
bersama sejuta rindu yang mendesak dalam sukma
biarkan kuberlabuh dalam dermaga hatimu
sandarkan jiwaku yang lelah arungi lautan nafsu
kini kutemukan dirimu bersama sejuta asa
tak kan lagi kulepas kau pergi dan hilang selamanya.
ketika kita bercumbu malam itu
bersama sejuta bintang mengerling menggoda padamu
rembulan hanya terdiam tersipu malu
semilir dingin malam bisikkan sebuah cerita
tentang cinta dua manusia
menembus batas dan dinding kasta
karna cinta anugrah Sang Maha Esa
aku hanya terdiam menatap jauh dalam matamu
hitam bening penuh rindu
laksana laut sunyi dalam gemerlap bintang
bersama lirih ombah membelai jiwa
jiwaku tenang bersamamu
ragaku terdiam didekatmu
semua hilang dalam kerilangan manja itu
aroma mawar lirih tersebar bersama angin
itulah dirimu laksana aphrodite penyebar rindu
kini kupasrahkan raga dalam pangkuanmu
bersama sejuta rindu yang mendesak dalam sukma
biarkan kuberlabuh dalam dermaga hatimu
sandarkan jiwaku yang lelah arungi lautan nafsu
kini kutemukan dirimu bersama sejuta asa
tak kan lagi kulepas kau pergi dan hilang selamanya.
27 Sep 2012
ketika budaya negeri menjadi anak tiri...
Adakah di antara kalian yang mengenali dua contoh gambar di atas ?.. saya yakin para pembaca akan langsung mengenali dari mana asal kedua contoh gambar diatas. ya mereka adalah para idola anak muda sekarang. Idola yang sangat mempengaruhi gaya hidup dan orientasi dalam berpakaian serta berpikir. jika ada sebuah survey tentang idola yang snagat dikagumi oleh anak muda sekarang, maka jawaban mereka tidak akan jauh-jauh dari dua contoh gambar di atas. banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong merubah kiblat jiwa musik mereka, banyak juga yang "kedanan" dengan kebudayaan yang mereka miliki. seakan-akan kalo g mengerti tentang berita dan kebudayaan mereka maka kalian kurang gaul istilahnya. yah inilah anak muda indonesia jaman sekarang..
26 Sep 2012
balada teratai usang
rinduku kian membusuk
terkungkung dalam tepian jiwa
terantai dalam kesepian hati
aku laksana teratai yang menghilang ditengah telaga
sisakan keindahan yang hanya sebatas kenagan
terapung dalam balutan lumut-lumut busuk
dan tenggelam melayang kedasar telaga
telaga itupun kini telah kering
hanya sisakan kerak-kerak tanah yang merekah
sisa-sisa teratai busuk teronggok bisu
hanya tinggalkan kenangan keindahan yang mengoda
sebersit ingatan berkelebat dalam benak
mengusik jiwa getarkan rasa
sebuah siluet wajah yang cantik menggoda
sembunyi dibalik kisi-kisi kabut fajar
apalah guna aku berharap
gantungkan asa pada dia yang tak nyata
hanya sebatas lamunan belaka
haruskah ku menangis pada rindu
sedangkan air mata kering dalam pelukan sepi
haruskah ku teriak dan menghujat pada rindu
sedangkan aku terenggut dalam bisu
inilah kerinduan yang membuncah
merindukan dia yang hanya lamunan
impikan bercumbu bersama temaram rembulan
bangkitkan sukma yang lama membeku
tapi aku hanyalah teratai busuk
yang hilang bersama waktu
sudikah dia melirik sejenak
ataukah hanya terdiam mengumpat semata.
kini aku kembali dalam lamunan
lenyap dan tenggelam
melayang hilang dalam telaga
sisakan sebuah kenangan
tentang indahnya teratai usang.
23 Sep 2012
rindu untuk kawan
semerbak mawar perlahan menelusup dalam jiwa
bertebaran dalam semilir angin senja
gemerisik dedaudan mainkan selaksa nada cinta
dan mentari hanya tergantung hangat d ujung mega
ratusan kalong terbang lirih di mega lembayung
terbang hilang dibalik arak-arak mendung
gemerlap bintang tiada nampang tersenyum manja
tinggalkan rembulan terdiam dalam kerinduan
hitam pekat dan kelam
terbungkam dalam kerinduan tanpa batsan
bukan pada cinta yang lama menghilang
sebuah rindu terdalam pada kawan
hilang senja terganti malam
setiap waktu pupus dan hilang di balik jeruji dunia
gerimis turun perlahan basahi bumi
semerbak dingin kembali menghujam diri
dalam basah balutan hujan
dibawah temaram lampu gang tua
kutanya waktu yang kian berjalan lamban
kau hanya tersenyum dan berkata
malam telah jatuh dalam pelukan fajar
gelegar guntur menyibak mega
kau pergi dan aku menghilang
tinggalkan kenangan yang mengalir bersama hujan
entah kapan kembali kita bersua
ada rndu yang terdalam untumu kawan
13 Sep 2012
dibawah beringin tua, kuikat janjimu.
lama kita tiada bersua
kembali merajut sebuah cerita
masih ingatkah kau tentang beringin tua di samping desa
disana terukir abadi sebuah cinta
yang dulu pernah kita rasakan
cinta mentah anak manusia
tanpa tau apa itu cinta
hanya tau dari sinetron belaka
kini kau semakin dewasa
tergurat garis manis dalam parasmu
dan aku terdiam menahan kelu lidah membeku
ada kagum bangkit dalam jiwaku
tiada kurasa kau berubah
hanya raga yang kian dewasa
sebuah tawa lirih masih selalu sama
begitu akrab dan selalu hangat
inikah dirimu.
tiada percaya aku menatap
berjuta tanya membuncah dalam dada
mungkinkah para dewa lepaskan mantra padamu
seperti arimbi saat mencintai bima
para dewa jadikan dia begitu menggoda
hingga bima terdiam dalam pelukannya
kau hanya tersenyum dan berbisik lirih
hangat nafasmu menyapu sukmaku
kurasakan ada sebuah rasa yang dulu hilang
kini perlahan kian membesar penuhi jiwa
ingin sejenak kugenggam tangan itu
pergi lari hanya berdua
tanpa nama dia atau mereka
seperti adam dan hawa
hanya berdua memadu cinta
namun ragu terbersit dalam diri
tiadakah kini kau telah mendua
arungi hidup bersama yang kau cinta
menikah dan bahagia hinga ajal menjeputmu
aku terdiam tertunduk bisu
ragaku beku dalam ragu
jiwaku hilang tersapu sejuta tanya
dan kini perlahan aku menghilang
tinggalkan dirimu dalam kebahagiaan
ada hangat terasa memeluk raga
erat dan begitu mesra
tumpahkan sejuta rindu yang lama terpendam
kau hanya diam dan tersenyum manja
runtuhkan rembulan yang bertahta dalam malam
sontak sebuat asa terbakar dalam dada
sekarang atau tak selamanya!
ku ajak kau berlari
arungi sepi sunyi malam ini
kembali merajai cerita kita
dimana cinta ingin hidup sekali lagi
memadu sebuah janji
dibawah beringin tua disamping desa..
sebuah cinta sehidup semati.
12 Sep 2012
Penyesalanku padamu Juwita.
laksana panah patah hilang tanpa arah
tergeletak terluka dalam balutan duka
hanya terdiam menanti lapuk termakan usia
tanpa tau kapan sukma akan tinggalkan raga
kupandang langit senja suram
membayang sebuah tangis yang dulu pernah kutingal
jauh sembunyi dibalik gunung dan hamparan sawah
ada senyum dan rindu yang kutinggal
kini raga tak ubahnya kepompong kosong
dimana sukma dan rindu telah lama hilang
tingalkan aku dalam kesendirian
apalah arti kupunya raga ini
apalah guna ada waktu yang berputar
jika tiada lagi kapalku mampu berlayar jauh
dimana tempat berlabuh tiada lagi kudapat
hanya padang gersang dan kali kering yang tersisa
lama hanya berjalan tanpa tujuan
habiskan waktu sisa hidup menua
terbayang sesal yang dulu pernah kurasa
masih sakit menghujam dada
kupanggil dirimu juwita
bersama senyman bibir merah
kutunggu dirimu di tikungan gang rumah
bertemu dan menjalin sebuah cerita kasih
tiada sanggup aku jauh menerwang cerita itu
hanya getir yang terasa sesak dalam dada
aku ini laksana rama yang tiada sanggup bertemu sinta
hanya membayang dan mencumbu bersama malam
entah apa yang dulu kuperbuat
lepaskan dirimu tinggalkan pelukan
aku kini hanya sendiri berteman sesal
terkungkung dalam lamunan
sering aku tersenyum dalam kesendirian
membayang tawa dan senyumu
tiadakah kau tau juwita
harum parfummu masih tercium dalam semilir angin senja
semakin buatku terduduk sedih sesali diri
lembut belaimu masih teringat dalam setiap jengkal raga ini
semua itu yang bisa ku ingat darimu juwita
angin senja kian dingin menusuk raga
getarkan tulang bekukan sukma
perlahan kusapu bayangmu di awan senja
bersama senyuman bibir merahmu
tergeletak terluka dalam balutan duka
hanya terdiam menanti lapuk termakan usia
tanpa tau kapan sukma akan tinggalkan raga
kupandang langit senja suram
membayang sebuah tangis yang dulu pernah kutingal
jauh sembunyi dibalik gunung dan hamparan sawah
ada senyum dan rindu yang kutinggal
kini raga tak ubahnya kepompong kosong
dimana sukma dan rindu telah lama hilang
tingalkan aku dalam kesendirian
apalah arti kupunya raga ini
apalah guna ada waktu yang berputar
jika tiada lagi kapalku mampu berlayar jauh
dimana tempat berlabuh tiada lagi kudapat
hanya padang gersang dan kali kering yang tersisa
lama hanya berjalan tanpa tujuan
habiskan waktu sisa hidup menua
terbayang sesal yang dulu pernah kurasa
masih sakit menghujam dada
kupanggil dirimu juwita
bersama senyman bibir merah
kutunggu dirimu di tikungan gang rumah
bertemu dan menjalin sebuah cerita kasih
tiada sanggup aku jauh menerwang cerita itu
hanya getir yang terasa sesak dalam dada
aku ini laksana rama yang tiada sanggup bertemu sinta
hanya membayang dan mencumbu bersama malam
entah apa yang dulu kuperbuat
lepaskan dirimu tinggalkan pelukan
aku kini hanya sendiri berteman sesal
terkungkung dalam lamunan
sering aku tersenyum dalam kesendirian
membayang tawa dan senyumu
tiadakah kau tau juwita
harum parfummu masih tercium dalam semilir angin senja
semakin buatku terduduk sedih sesali diri
lembut belaimu masih teringat dalam setiap jengkal raga ini
semua itu yang bisa ku ingat darimu juwita
angin senja kian dingin menusuk raga
getarkan tulang bekukan sukma
perlahan kusapu bayangmu di awan senja
bersama senyuman bibir merahmu
10 Sep 2012
Aku Pergi
Aku Pergi
Mega telah menghitam bagiku
surya padam berasap kelabu
rembulan remuk tercecer jatuh dalam pelukan
hari kian melambat dalam untaian sang waktu
Tiada yang dapat ku kata di penghabisanku
Tiada sesal ataupu duka hantui sukma
hanya tenang dan damai merambat dalam raga
Aku menghilang bersama wangi melati dan kenanga
Semilir hilang bersama angin fajar
sejuk dingin dalam balutan embuk pagi
sebelum sukma jauh pergi dan hilang
kan kuucap sebuah kata dalam dingin raga
kalian akan selalu ku rindu.
sajak kerinduan
sajak ini kutulis dengan mesra
bersama sejuta doa terangkai dengan cinta
tentang kerinduan abaadi seorang hamba
entah dimana kan ku sandarkan perahu rindu pada dirinya
hati terdiam dan membisu
terdiam dalam pelukan dingin malam tanpa dirimu
terbenam rindu terkubur dalam sanubari
rengkahan hati menjerit dalam malam
saat malam mulai perlahan bentangakn layar kelam
saat rindu perlahan hampiri jiwa
dimana batas waktu terputus dalam hening malam
dimana perindu hanya terdiam dalam kebisuan
Aku terdiam dan menatap hari
menunggu tanpa tujuan dan kepastian
kapan kita kan bersua
kembali bercumbu dalam tepi malam
ada rindu tertanam dalam sanubari
rindu tanpa tepi dan tanpa peraduan
kutanya rembulan mati
kutantang mentari bisu
dan bintang hanya mengerling manja menggoda
ketika kutannya tentang rindu
dimana kan kulahbuhkan bahtera rindu ini
jika tiada dermaga kudapat
laksana mayat aku terdiam dalam kebisuan
nanti jika tiada waktu kan berulang
maka aku hanya perindu yang menghina rindu
tanpa tahu dermaga rindu sandaran jiwaku
4 Sep 2012
dua, tiga kematian sebelum aku mati
aku tergelatak penuh luka
dua, tiga sayatan menganga dalam dada
darah merah mengalir dengan mesra
peluk diri getirkan sukma
terbayang dalam angan pikiran
tentang firman yang sering kubaca
tentang indah surga disana
tentang ngeri neraka jahanam para durjana
pelan pedih susupi raga
satir getir gurat sukma
dingin sejuk air mata
meleh dalam wajah berhias darah para sahabat
kugenggam sukma ku yang akan menghilang
lepas melayang kutarik dalam raga
kutantang izroil sejenak dalam dentuman meriam
biarkan ku simpan sukma ku lebih lama
untuk dua, tiga penjajah di depan mata
desing peluru melayang hiasi hari
laksana sangkakala kiamat mengintai mati
dan ku berlari dalam keteguhan hati
demi mereka yang gugur penuh arti
tuhan jika kau dengar suara hati ini
biarkan aku berlari sejenak demi negeri
ijinkan aku menghunus sangkur yang kugenggam
ijinkan aku merobek dada itu
dua, tiga kematian biarlah terjadi
dan kemudian aku siap untuk mati..
dua, tiga sayatan menganga dalam dada
darah merah mengalir dengan mesra
peluk diri getirkan sukma
terbayang dalam angan pikiran
tentang firman yang sering kubaca
tentang indah surga disana
tentang ngeri neraka jahanam para durjana
pelan pedih susupi raga
satir getir gurat sukma
dingin sejuk air mata
meleh dalam wajah berhias darah para sahabat
kugenggam sukma ku yang akan menghilang
lepas melayang kutarik dalam raga
kutantang izroil sejenak dalam dentuman meriam
biarkan ku simpan sukma ku lebih lama
untuk dua, tiga penjajah di depan mata
desing peluru melayang hiasi hari
laksana sangkakala kiamat mengintai mati
dan ku berlari dalam keteguhan hati
demi mereka yang gugur penuh arti
tuhan jika kau dengar suara hati ini
biarkan aku berlari sejenak demi negeri
ijinkan aku menghunus sangkur yang kugenggam
ijinkan aku merobek dada itu
dua, tiga kematian biarlah terjadi
dan kemudian aku siap untuk mati..
Langganan:
Postingan (Atom)