perempuanku,
dimana dirimu aku tak tau
sepagi ini kau tinggalkan diriku
hanya sisakan kenangan pergumulan nan syahdu
terbaring aku dalam ranjang peraduan itu
memandang lekat-lekat pada pintu yang tertutup rapat
kusisir pandang semua sudut ruang
tak kutemui juga dirimu
perempuanku,
sungguh teganya dirimu
kau pergi saat aku mencintaimu
kau membunuhku saat ku taburkan bibit kasih sayangku
kini semua mati percuma
tenggelam dalan lautan kesia-siaan belaka
semalam kau ucap janji setia padaku
semalam kau cium bibirku
semalam kau satukan ragamu denganku
namun kini kau pergi kemana aku tak tau
ini bukan cinta semalam lalu
bukan pula cinta monyet para remaja
ini cinta anak manusia sejati
terbungkus segala suka dan duka hati
perempuanku,,
dimana dirimu,,
perempuanku !
haruskah aku berkelana memutar bumi
haruskah kusibak rimbun lautan duniawi
demi memandang parasmu lagi
kau rajam diriku dengan sejuta tanya
kau tinggalkan aku dalam kebutaan
meraba segala rasa yang tersimpan dalam hati
mungkinkah ini nyata atau hanya sebatas mimpi
perempuanku,,,
oh perempuanku
diamana kiranya dirimu kini
25 Okt 2013
23 Okt 2013
Sang Penyihir Hati
sendiri,,
hanya sendiri menghitung hari
merajam diri dengan sejuta rindu tak terperi
waktu berlalu silih berganti
semakin buatku merinding memandang dirimu dalam mimpi
kau serupa malam nan dingin
tenggelam dalam kesyahduan kelam nan ganjil
ngeri namun enggan buatku beranjak pergi
masih jua hati menetap senyummu malam ini
sungguh kau laksana penyihir dengan sejuta mantra magi
bahkan sepagi ini kau masih jua hadir dalam raga ini
apa yang telah kau beri padaku, kasih
hingga enggkau enggan beranjak pergi dari benak ku
waktu silih berganti
menggulung rindu dalam hati
dalam diam namun pasti
sejatinya kau telah mengusai diri ini
sekali
meskipun cuma sekali waktu berputar
bertemu dirimu dalam sekejap memandang
kan kukatakan isi hati
bahwa aku telah jatuh hati padamu
sejak pertama ku kenal dirimu
hanya sendiri menghitung hari
merajam diri dengan sejuta rindu tak terperi
waktu berlalu silih berganti
semakin buatku merinding memandang dirimu dalam mimpi
kau serupa malam nan dingin
tenggelam dalam kesyahduan kelam nan ganjil
ngeri namun enggan buatku beranjak pergi
masih jua hati menetap senyummu malam ini
sungguh kau laksana penyihir dengan sejuta mantra magi
bahkan sepagi ini kau masih jua hadir dalam raga ini
apa yang telah kau beri padaku, kasih
hingga enggkau enggan beranjak pergi dari benak ku
waktu silih berganti
menggulung rindu dalam hati
dalam diam namun pasti
sejatinya kau telah mengusai diri ini
sekali
meskipun cuma sekali waktu berputar
bertemu dirimu dalam sekejap memandang
kan kukatakan isi hati
bahwa aku telah jatuh hati padamu
sejak pertama ku kenal dirimu
17 Okt 2013
Wanita Tertelan Pagi
"wanita yang diam sediri
terdiam memandang horizon sepi
apa yang kau nanti ?"
"terdiam aku sendiri
menanti surya yang kan kembali
ia yang akan bawa aku pergi
pada alam tanpa tepi"
"wanita yang terdiam sendiri
kau nanti surya sepagi ini
jika kabut menghadangmu kini
maka pergi dan kembalilah tidur dalam mimpi !"
"aku lah peniup kabut pagi
menggerakannya menyambut pagi
ia kan berdendang nanti
maka diam dan nikmati"
"wanita peniup kabut
awan kelam berarak sepi
horison hitam sepagi ini
berkabar hujan kan datang nanti !"
"biarkan saja ia kan datang
biarkan aku menari dalam derasnya hujan
lepaskan jiwa menyambut mentari"
"wanita menari dalam hujan
lihatlah deru angin memburu
ia akan menelanmu tanpa ampun
terbangkan dirimu nanti"
"lihatlah aku terbang
aku menyusuri alam
angin berbisik kepadaku
bahwa mentari tersenyum melihatku"
pagi hilang dalam sepi
tanpa mentari hanya hujan sebatas ilusi
kau terdiam kemudian pergi
wanita, tak ada kini, wanita, wanita, tak ada kini -
terdiam memandang horizon sepi
apa yang kau nanti ?"
"terdiam aku sendiri
menanti surya yang kan kembali
ia yang akan bawa aku pergi
pada alam tanpa tepi"
"wanita yang terdiam sendiri
kau nanti surya sepagi ini
jika kabut menghadangmu kini
maka pergi dan kembalilah tidur dalam mimpi !"
"aku lah peniup kabut pagi
menggerakannya menyambut pagi
ia kan berdendang nanti
maka diam dan nikmati"
"wanita peniup kabut
awan kelam berarak sepi
horison hitam sepagi ini
berkabar hujan kan datang nanti !"
"biarkan saja ia kan datang
biarkan aku menari dalam derasnya hujan
lepaskan jiwa menyambut mentari"
"wanita menari dalam hujan
lihatlah deru angin memburu
ia akan menelanmu tanpa ampun
terbangkan dirimu nanti"
"lihatlah aku terbang
aku menyusuri alam
angin berbisik kepadaku
bahwa mentari tersenyum melihatku"
pagi hilang dalam sepi
tanpa mentari hanya hujan sebatas ilusi
kau terdiam kemudian pergi
wanita, tak ada kini, wanita, wanita, tak ada kini -
10 Okt 2013
Jiwa Suci Kerinduan
duduk ia diam sendiri
bermain dengan bayangan hati
menikam dan membunuh sepi
ketika aku tak dapat menemui
sejuta kepak sayap peri
terbang tinggi arungi hari
titipkan salam-salam rindu
pada arak-arakan awan sendu
rindu mu sendu membiru
cintamu merah membara
membakar segala
segala nafsu dan jiwa dalam raga
dengus desah angin memburu
detik desak berbisik
rindu berbuah sendu
aksara jangan terucap
simpan dan rasakan
rindu kan menari
dalam jiwa-jiwa yang suci
bermain dengan bayangan hati
menikam dan membunuh sepi
ketika aku tak dapat menemui
sejuta kepak sayap peri
terbang tinggi arungi hari
titipkan salam-salam rindu
pada arak-arakan awan sendu
rindu mu sendu membiru
cintamu merah membara
membakar segala
segala nafsu dan jiwa dalam raga
dengus desah angin memburu
detik desak berbisik
rindu berbuah sendu
aksara jangan terucap
simpan dan rasakan
rindu kan menari
dalam jiwa-jiwa yang suci
4 Okt 2013
Cerita Duka
Malam
berbisik
Kisahkan
sebuah cerita
Tentang
sepasang anak manusia
Yang
saling mencinta tapi tak untuk bersama
Berjumpa
kala hujan menyapa
Pada
segelas kopi mereka saling terpaut asmara
Waktu
berlalu guratkan kisah
Tentang
asmara betapa indahnya
Tuhan
berkata segalanya sama
Cinta
pun tiada beda
Namun
hati harus merana
Karena
cinta tak bisa bersama
Tangis
teriring senja
Cericit
emprit semarakan dunia
Namun
sendu terlanjur berkata
Muramlah
dunia seketika
Siapa
keliru menaruh cinta
Mungkinkah
Tuhan bermain pada mereka
Setinggi
asmara bertahta, jatuh melayang hilang jua
Hanya
tangis yang tersisa
Kala
berpisah menjadi jawaban
Sore
sendu langit merintih
Hitam
mendung berarak ramai
Deru
degup jantung memburu
Basah
pipi oleh air mata
Menatap
kekasih pergi
Hilang
tertelan waktu yang tak akan kembali
Langganan:
Postingan (Atom)