belum habis kucumbui malam.
ternyata fajar telah membentang
beum habis ku nikmati sentuhan fajar
ternyata senja telah menyapa
lara hati kubawa berlari
terdiam disudut pagi
sembari mengecup dinginnya embun hari ini
kurasa getir menyapa dalam kalbu
bersama sejuta rindu yang selalu membisu
tanpa aksara namun selalu mengganggu
sisa kabut fajar belum jua berlalu
masih disana sembari mengukur waktu
kapan kira dia kan menyapa, dan kapan kan menghilang
sebelum mentari terlanjur kuasi mega
dingin aku memeluk sepi
merindu dia yang tersamar dalam bayangan hari
kutau ia berdiri disana
tersamar dalam kabut fajar pagi
namun aku tiada sanggup berkata
hanya memandang dan terdiam
terlampau jauh jarak menghadang
terlalu banyak waktu yang kan terbuang
tak terhitung setiap rindu yang menghilang
diam-diam mati tertikam sepi
kuselipkan sebuah tanya
dalam arak-arak awan di mega sana
entah itu malam atau hanya siang yang membentang
kapan waktu kan ijinkan kita bersua,
rindu tak pernah kurasa seperti ini
begitu getir dan sangat pedih
inikah yang banyak orang bilang
bahwa cinta itu kan membawamu mati
bilakah semua kan menjadi sebuah nyata
bukan sekedar khayal kala mimpi menyapa kita
maka akan terasa indah kurasa
saat kita bersama mengukur waktu yang hilang
berdua dan bicara tentang cinta
Wuis, emng bener, ketika cinta bicara semua nyatu mulai dari rindu, benci, susah, senang.. :D
BalasHapuscinta berbicara udah biasa, yang ngga biasa itu kalo cinta monyet yang bicara
BalasHapusSaat cinta berbicara, lumpuhlah semua logika.
BalasHapusMakanya banyak sekali pasangan yang nggak enak dipandang. :D
g ada pasangan yng g enak dipandangm semua pasangan itu enak di pandang,
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuscinta bicara, benci pun sirna. Hehehe
BalasHapuscinta lebih indah tanpa lidah tanpa kata... :D
BalasHapusTerus semangat menulis puisi, ya! :D
BalasHapuskalo semangat itu pasti akan selalu semangat, dan terus belajar. hehe
Hapus