aku hanya memandang sepasang matamu
sedang kan dirimu hanya memandang diri ku
sepanjang waktu berlalu
tiada sepatah kata
hanya bahasa mata
sebuah senyuman mengukir di bibirmu
engkau rapikan helai rambut yang menutupi matamu
perlahan kau tersipu malu
kita lewati hari bersama
dari mentari hangatkan dunia
hingga malam yang berkuasa dengan sepinya
sejuta kerlip gemintanng penuhi mega
sejuta kerlip lampu penuhi kota
kita tenggelam dalam keduanya
sepasang anak manusia dimabuk asmara
dibawah lampu kota kita tertawa
ditera dingin malam kita berdua
bergandeng tangan arungi dunia
hingga mentari kembali menyapa
kini entah berapa banyak waktu berlalu
keriput mulai hiasi parasmu
engkau terbaring lesu
namun senyuman mu coba menghiburku
malam itu kita kembali berdua
telusuri cerita lama
ada senyum dan tawa
namun, ada tangis dalam dada
air mata mengalir tanpa kuasa
kau hapus perlahan sembari berkata
tak boleh ada air mata
karena kita kan selalu bersama
hari berganti waktu berlalu
aku terdiam pandangi foto dirimu
berteman sepi yang begitu pilu
engkau pergi tanpa diriku
sedang kita telah berjanji kan bersama selalu
kini aku kembali berdiri
jalani hari tanpa rasa sepi
karna aku tau kau selalu ada disisi
bersemayam dalam hati
16 Mar 2015
14 Mar 2015
Seribu Purnama Menunggu
seribu purnama berlalu
aku masih menunggu
berteman sepi yang perlahan hendak menikam diriku
seribu purnama berlalu
engkau belum jua kembali pada ku
sedang aku masih setia terdiam dalam mimpi bisu
aku menunggu dalam ketidakpastian
apakah itu suatu kebodohan
mungkinkah juga sebuah kegilaan
gilakah aku yang setia menanti dirimu
bodoh kah diriku yang ingin kembali mengecup bibir mu
kasih,
hidup sepi dalam keheningan
hampa bersama kehilangan
engkau penghibur dalam bayang-bayang
meski hanya sekejap memandang kemudian hilang
kembali kan kutunggu dirimu
hingga seribu purnama berlalu
berteman sepi yang begitu pilu
dan rindu yang menuntut temu
aku masih menunggu
berteman sepi yang perlahan hendak menikam diriku
seribu purnama berlalu
engkau belum jua kembali pada ku
sedang aku masih setia terdiam dalam mimpi bisu
aku menunggu dalam ketidakpastian
apakah itu suatu kebodohan
mungkinkah juga sebuah kegilaan
gilakah aku yang setia menanti dirimu
bodoh kah diriku yang ingin kembali mengecup bibir mu
kasih,
hidup sepi dalam keheningan
hampa bersama kehilangan
engkau penghibur dalam bayang-bayang
meski hanya sekejap memandang kemudian hilang
kembali kan kutunggu dirimu
hingga seribu purnama berlalu
berteman sepi yang begitu pilu
dan rindu yang menuntut temu
5 Mar 2015
hingga seribu purnama berlalu
lama sudah ku sebut namamu
dalam setiap sepi yang megepungku
dalam setiap rindu yang begitu pilu
ada yang tertinggal dalam senyuman
ada yang tenggelam dalam setiap pandangan
ada yang terpaku dalam setiap ucapan
berujung pada sebuah kerinduan
terkadang aku tenggelam dalam angan
mendekapmu tanpa batasan
melewatkan waktu yang entah sampai kapan
angan dan kenyataan hanya sebuah pembatas sialan
kasih,,
hendak aku kata apalagi
haruskah aku kemudian berlari
untuk kemudian terjatuh kembali
atau aku hanya diam dan menanti
kasih..
apa yang terkubur dalam sepinya malam
selain kerinduan yang begitu kelam
apa yang tersisa di awal pagi
selain kerinduan yang hanya sebatas mimpi
dan aku masih menunggu
hingga seribu purnama berlalu
dalam setiap sepi yang megepungku
dalam setiap rindu yang begitu pilu
ada yang tertinggal dalam senyuman
ada yang tenggelam dalam setiap pandangan
ada yang terpaku dalam setiap ucapan
berujung pada sebuah kerinduan
terkadang aku tenggelam dalam angan
mendekapmu tanpa batasan
melewatkan waktu yang entah sampai kapan
angan dan kenyataan hanya sebuah pembatas sialan
kasih,,
hendak aku kata apalagi
haruskah aku kemudian berlari
untuk kemudian terjatuh kembali
atau aku hanya diam dan menanti
kasih..
apa yang terkubur dalam sepinya malam
selain kerinduan yang begitu kelam
apa yang tersisa di awal pagi
selain kerinduan yang hanya sebatas mimpi
dan aku masih menunggu
hingga seribu purnama berlalu
Langganan:
Postingan (Atom)